Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada awal tahun melanjutkan ekspansi bahkan mengalahkan beberapa negara G20 dan Asean.
Ekspansi PMI Indonesia berlangsung di tengah kontraksi banyak negara besar, misalnya Amerika Serikat (AS), Jepang, hingga China.
Tercatat, PMI manufaktur Indonesia pada Januari 2023 meningkat menjadi sebesar 51,3, dari bulan sebelumnya pada tingkat 50,9.
Sri Mulyani mengatakan bahwa di Asia, beberapa negara yang PMI Manufakturnya berada pada zona ekspansi hanya Indonesia dan India, sementara PMI manufaktur Vietnam dan Malaysia berada pada zona kontraksi pada Januari 2023.
"Dibandingkan dengan negara anggota G20 dan Asean-6, hanya 3 negara yang mencatatkan akselerasi PMI Manufaktur, diantaranya Indonesia, Thailand, dan Filipina," ujarnya saat konferensi pers APBN Kita, Rabu (22/2/2023).
Sementara itu, sebanyak 17,4 persen negara mencatatkan perlambatan, meski PMI manufaktur masih berada pada level ekspansif, diantaranya Australia, Rusia, India, dan Afrika Selatan.
Sebanyak 17,4 persen negara juga mengalami pemulihan PMI manufaktur dari yang sebelumnya berada pada zona kontraktif, diantaranya Italia, Perancis, Turki, Kanada, dan Singapura.
Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan sebanyak 52,2 persen negara mencatatkan kontraksi PMI manufaktur, yaitu AS, Meksiko, Zona Eropa, Inggris, Jerman, Korea Selatan, Jepang, China, Brazil, Malaysia, Vietnam, dan Singapura.
“Jadi dalam hal ini kalau kondisi Indonesia dalam posisi PMI yang positif diatas 50 dan ekspansif atau akseleratif, kita merupakan bagian dari sekelompok kecil negara saja,” katanya.
Menurutnya, hal ini menggambarkan resiliensi dari ekonomi dan pemulihan ekonomi Indonesia yang cukup baik hingga akhir tahun dan masih berlanjut pada awal tahun ini.
Sebagaimana diketahui, perekonomian Indonesia pada 2022 mencatatkan pertumbuhan yang solid sebesar 5,3 persen.
“Kalau kita lihat negara lain, bisa pulih kemudian melorot, kalau Indonesia lima kuartal berturut-turut [pertumbuhan ekonomi] bisa terjaga di atas 5 persen,” jelas Sri Mulyani.
Dia menambahkan, indikator dini perekonomian domestik hingga awal 2023 juga cukup kuat, salah satunya ditunjukkan oleh Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih stabil pada tingkat yang tinggi, 128,16. Hal ini menunjukkan keyakinan dan optimisme ekonomi ke depan.