Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Beberkan Ekonomi Indonesia Salip Negara Maju, Ini Buktinya!

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan tanda ekonomi Indonesia tidak dalam pelemahan seperti negara-negara maju.
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Januari 2023 yang ekspansif menjadi bukti perekonomian Indonesia tidak sedang dalam perlemahan yang berarti.

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menurutnya, pelemahan ekonomi bisa dilihat dari PMI manufaktur, sehingga Indonesia yang pada Januari 2023 berada pada angka 51,3 tidak termasuk mengalami perlemahan ekonomi.

“Kita lihat dari sisi global, negara-negara maju ditunjukkan dengan perlemahan ekonomi yang terlihat dari PMI manufakturnya yang melemah,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN kita dikutip dari laman Youtube Kementerian Keuangan pada Rabu (22/2/2023).

Lebih lanjut Sri Mulyani menuturkan PMI manufaktur Indonesia berada pada level ekspansif dan akseleratif bersama dengan Thailand dan Filipina yang menempati persentase terkecil dari keseluruhan negara industri yang disurvei, pada angka 13 persen.

Hal ini, jauh mengalahkan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Tiongkok, Korea Selatan, Jepang yang berada pada level kontraksi atau di bawah angka 50 dengan persentase 52,2 persen. 

Selain itu, ada dua kategori lain, ekspansif dan melambat seperti Singapura dan Rusia, serta pulih seperti Italia dan Prancis dengan persentase masing-masing 17,4 persen dari total 50 negara industri yang disurvei.

“Yang ekspansif tetapi melambat yaitu di atas 50, tetapi melambat Australia, Rusia, India, dan Afrika Selatan itu 17,4 persen dari total yang disurvei. Untuk negara-negara yang mengalami pemulihan sesudah mengalami kontraksi, tetapi memulai pulih itu adalah Italia, Prancis, Turki, Kanada, dan Singapura,” jelasnya.

Meskipun demikian, Sri Mulyani menyebut Indonesia masih harus terus mewaspadai tren penurunan harga komoditas yang akan mempengaruhi perekonomian Indonesia pada tahun ini.

“Tren penurunan ini karena memang perang yang sudah satu tahun telah menimbulkan respons mengenai mitigasi dari harga komoditas, tetapi ketidakpastiannya masih tinggi,” pungkas Sri Mulyani.

Seperti diberitakan Bisnis sebelumnya, S&P Global merilis PMI manufaktur Indonesia pada Januari 2023 yang mengalami kenaikan tipis sebesar 0,4 poin menjadi 51,3. Sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia pada Desember 2022 lalu berada pada angka 50,9.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper