Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APBN Terakhir Jokowi dan Pupusnya Mimpi Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen

Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada APBN 2024 atau anggaran terakhir Presiden Jokowi memupuskan mimpi pertumbuhan ekonomi RI 7 persen.
Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato pada Sidang Paripurna MPR-RI, di Jakarta, Jumat (14/8/2015) pagi./Setkab.go.id
Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato pada Sidang Paripurna MPR-RI, di Jakarta, Jumat (14/8/2015) pagi./Setkab.go.id

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 2024 paling tinggi 5,7 persen. Keputusan tersebut memupuskan cita-cita Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa dalam masa pemerintahannya ekonomi dapat melejit hingga mencapai 7 persen.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa pemerintah telah menetapkan asumsi dasar ekonomi makro pada 2024. Tema Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) adalah mempercepat transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Dalam asumsi dasar itu pemerintah mematok berbagai indikator perekonomian untuk 2024, seperti target inflasi di rentang 1,5 persen—3,5 persen dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di 14.800—15.400.

Pemerintah pun tercatat mematok target pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

"Indikasinya di 2024 proyeksi pertumbuhan ekonomi di 5,3 persen hingga 5,7 persen," ujar Airlangga usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Senin (20/2/2023).

Penetapan asumsi makro 2024, khususnya target pertumbuhan ekonomi, secara tak langsung memupuskan cita-cita Jokowi agar dalam masa pemerintahannya ekonomi Indonesia dapat mencapai 7 persen.

Selama masa pemerintahannya berjalan hampir genap dua periode, pertumbuhan ekonomi bergerak stagnan di kisaran 5 persen, kecuali saat pandemi Covid-19 merebak.  

"Ke depan, saya meyakini bahwa ekonomi kita bisa tumbuh di atas 7 persen, dengan catatan iklim investasi beserta regulasinya itu betul-betul terbuka dan memberikan kesempatan untuk investor lokal bergerak menciptakan pertumbuhan ekonomi," ujar Jokowi pada Juni 2014.

Pada periode pertama pemerintahan Jokowi, rata-rata pertumbuhan ekonomi adalah 5,03 persen.

Laju pertumbuhan ekonomi pada 2014 hingga 2018 membentang dari 4,88 persen—5,17 persen, sehingga cita-cita 7 persen belum terlaksana.

Memasuki periode kedua, pemerintahan Jokowi membuka pertumbuhan ekonomi 2019 di 5,02 persen, sedikit lebih kecil dari rata-rata pertumbuhan ekonomi pada periode pertama.

Namun, setelah itu perekonomian menghadapi tantangan karena Covid-19 yang merebak dan menyebabkan pandemi.

Pada 2019—2022, laju pertumbuhan ekonomi terbentang dari minus 2,07 persen pada 2020 hingga 5,31 persen pada 2022.

Perekonomian mampu pulih ke tren 5 persenan setelah sempat terpuruk selama pandemi Covid-19.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa target pertumbuhan ekonomi 2023 berada di 5,1 persen—5,3 persen.

Target itu cenderung moderat apabila dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu.

Apabila menggunakan asumsi tertinggi dari prognosa 2023 dan 2024, rata-rata pertumbuhan ekonomi pada 2019—2024 berada di 4,59 persen.

Angkanya lebih kecil dari rata-rata pertumbuhan ekonomi periode pertama Jokowi, meskipun dapat dipahami karena adanya pandemi Covid-19.

Perkiraan itu membuat harapan Jokowi agar pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen pada masa pemerintahannya hampir pasti tidak tercapai. Namun, bukan tidak mungkin kinerja itu terjadi pada masa pemerintahan selanjutnya, meskipun dalam waktu lama.

Nawacita Jokowi

Penguatan ekonomi Indonesia menjadi salah satu poin dalam janji Nawacita II, yang ditawarkan Jokowi dalam pemilihan presiden 2019. Terdapat target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen—6 persen dalam kurun 2020—2024, apabila Jokowi terpilih pada periode kedua pemerintahannya.

"Jadi, policy untuk empat tahun ke depan, Nawacita Jilid II, sudah disiapkan Pak Presiden," ujar Airlangga Hartarto yang kala itu menjabat Menteri Perindustrian, Rabu (27/2/2019).

Terdapat enam langkah strategis dalam Nawacita II, pertama terkait dengan penguatan iklim investasi, serta keterbukaan perdagangan dan keterlibatan di dalam jaringan produksi global. Kedua, penguatan kemampuan riset dan pengembangan inovasi, serta akselerasi adopsi teknologi.

Ketiga, peningkatan diplomasi ekonomi dan utilisasi perjanjian perdagangan bebas. Keempat, pengoptimalan sumber potensi pertumbuhan ekonomi.

Kelima, penguatan pilar pendukung pertumbuhan sektor manufaktur. Keenam, penciptaan kebijakan makroekonomi yang kondusif untuk mendukung pengembangan industri manufaktur.

Target pertumbuhan ekonomi dalam Nawacita II sendiri memang lebih kecil dari cita-cita Jokowi di 7 persen. Keenam poin dalam program kampanye itu pun belum berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai target tertinggi periode pemerintahan kedua, yakni 6 persen.

Janji peningkatan kapasitas ekonomi pun tercantum dalam visi misi yang Joko Widodo-Ma'ruf Amin sampaikan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam pemilu 2019. Janji itu mencakup peningkatan kualitas sumber daya manusia hingga terkait produktivitas struktur ekonomi.

Janji-janji itu memang tidak seluruhnya memuat indikator kuantitatif seperti target pertumbuhan ekonomi dalam Nawacita II, tetapi publik dapat menilai bagaimana capaian pemerintahan Jokowi pada periode pertama dan kedua, lalu membandingkannya dengan visi misi sang presiden terpilih.

Berikut gagasan yang Jokowi-Ma'ruf tawarkan dalam pemilu 2019


Visi

Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong-royong.

Misi 

  1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia
  2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing
  3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan
  4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan
  5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa
  6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya
  7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
  8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya
  9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper