Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Pertumbuhan Ekonomi di Atas 5 Persen Bakal Lanjut?

Indonesia berhasil mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke tren prapandemi Covid-19, yakni di atas 5 persen.
Suasana deretan gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Senin (4/7/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Suasana deretan gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Senin (4/7/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. (TRIM) memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 akan bergerak di atas 5 persen, melanjutkan tren positif yangterjadi pada 2022.

Untuk mencapai kondisi itu, pengelolaan fiskal yang optimal menjadi syarat mutlak.

Ekonom Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian menilai bahwa Indonesia berhasil mencatatkan kinerja pertumbuhan ekonomi 2022 dengan baik, yakni di 5,31 persen.

Angka itu sesuai dengan proyeksi pemerintah dan Trimegah Sekuritas, sekaligus tumbuh dari posisi 2021 di 3,59 persen.

Capaian 2022 membuat Indonesia berhasil kembali ke tren sebelum pandemi Covid-19, yakni pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.

TRIM meyakini bahwa tren itu masih akan berlanjut pada 2023, meskipun terdapat tekanan ekonomi global.

"Pada 2023, kami optimis Pertumbuhan masih akan berada diatas 5,00 persen, didorong oleh konsumsi dalam negeri bersama dengan pemilihan umum [pemilu]," ujar Fakhrul kepada Bisnis, Senin (7/2/2023).

Menurutnya, rangkaian pemilu seperti kampanye akan meningkatkan konsumsi domestik karena naiknya permintaan makanan, minuman, atribut kampanye, dan berbagai keperluan.

Kenaikan itu akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi karena konsumsi domestik mencakup lebih dari 50 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi pun akan berpengaruh terhadap geliat pasar keuangan. Fakhrul menilai bahwa pemerintah harus menjaga kondisi fiskal agar pasar keuangan menarik bagi investor, sehingga dapat mendukung berputarnya roda perekonomian.

"Untuk mencapai kestabilan pasar keuangan, saya juga melihat urgensi dari pemerintah untuk terus mengatur momentum fiskal menjadi netral, dikarenakan kebutuhan likuiditas domestik akan semakin tinggi," ujar Fakhrul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper