Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengungkapkan, pemutusan hubungan kerja atau PHK yang marak terjadi pada sektor manufaktur, khususnya di industri tekstil, diakibatkan oleh penurunan permintaan di pasar ekspor.
“PHK terjadi di industri tekstil akibat penurunan permintaan pasar global dari AS [Amerika Serikat] dan Eropa sebagai dampak ancaman resesi di AS,” katanya dalam konferensi pers, Senin (6/2/2023).
Adapun, BPS melaporkan bahwa sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 4,89 persen sepanjang 2022. Margo menyampaikan, pertumbuhan sektor industri pengolahan pada 2022 tersebut masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara itu, industri tekstil dan pakaian jadi justru mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,34 persen pada 2022, melonjak dari kontraksi pada tahun sebelumnya sebesar -4,08 persen.
Sepanjang 2022, BPS mencatat ada empat subsektor industri pengolahan yang mengalami kontraksi pertumbuhan, di antaranya industri pengolahan tembakau yang turun sebesar 2,34 persen, industri barang galian bukan logam turun 2,0 persen, industri karet, barang dari karet dan plastik turun 4,10 persen, serta industri furnitur yang turun 1,99 persen.
Margo menambahkan, industri makanan dan minuman memberikan andil terbesar pada pertumbuhan industri pengolahan tahun lalu. Subsektor ini mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,9 persen yang didorong oleh peningkatan permintaan beberapa komoditas makanan dan minuman, serta meningkatnya ekspor CPO.
Baca Juga
Selain itu, subsektor industri logam dasar juga mencatatkan pertumbuhan impresif, sebesar 14,8 persen, didorong oleh peningkatan kapasitas produksi di sentra tambang, juga didukung oleh membaiknya harga komoditas di pasar ekspor.