Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan di depan para investor dalam dan luar negeri untuk tidak mengajari Indonesia bagaimana mengatur lingkungan.
“Negara-negara yang hutannya habis jangan mengajari kami mengatur lingkungan di Indonesia. Kami lebih tahu itu,” tegasnya di Investment Day Mandiri Investment Forum (MIF) 2023 di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (2/2/2023).
Bahlil mengungkapkan hal tersebut karena melihat ada kejanggalan terhadap perbedaan harga karbon di negara maju dan negara berkembang dengan dasar ketersediaan ada atau tidaknya hutan di negara tersebut. Pada saat World Economic Forum (WEF) 2023 di Davos, Swiss, Bahlil juga menuturkan mengapa ada perbedaan, padahal regulasi yang berlaku sama.
Dirinya menyebutkan harga karbon di Eropa dapat mencapai US$100 per ton, sementara di Indonesia hanya US$20 per ton.
“Paris Agreement berbicara kesetaraan, ternyata carbex untuk mendapat karbon di Eropa, lebih mahal daripada negara berkembang karena memang hutannya sudah nggak ada, hutan kita masih banyak. Kalau seperti itu, hutan kami, kami gundulkan dulu seperti kalian, baru apple to apple? Ini tidak rasional, ini bentuk diskriminasi,” tegasnya.
Lebih lanjut, di depan investor, Bahlil menekankan bahwa hilirisasi menjadi satu komitmen Indonesia dalam menjaga linkgungan. Tidak hanya persoalan nilai tambah, tetapi bagaimana menjaga lingkungan agar tidak terjadi penambangan yang masif.
Baca Juga
“Uni Eropa bawa kami ke WTO? Nikel dibawa WTO, padahal kami menjalankan SDGs, nggak masuk akal,” ujarnya dengan nada yang agak meninggi.
Ke depannya, Indonesia akan terus melanjutkan hilirisasi salah satunya dengan pembangunan smelter PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur, yang diproyeksikan dapat mulai produksi pada Januari 2024.