Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyampaikan bahwa laju inflasi pada Januari 2023 masih cenderung tinggi, meski melandai dari bulan sebelumnya.
BPS mencatat, inflasi pada Januari 2023 mencapai 0,34 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,66 persen mtm.
Secara tahunan, inflasi pada Januari 2023 mencapai 5,28 persen (year-on-year/yoy), juga lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 5,61 persen yoy.
“Mengawali 2023 melihat inflasi di Januari, kita patut optimis, namun tetap waspada di tengah ketidakpastian. Perkembangan inflasi di Januari ini bagus, tapi melihat kondisi global yang belum ada kepastian pemulihannya, kita perlu tetap waspada,” katanya dalam konferensi pers, Rabu (1/2/2023).
Inflasi tahunan pada 2023 dipicu oleh inflasi yang masih tinggi pada komponen harga yang diatur pemerintah sebesar 12,28 persen yoy, terutama oleh komoditas bensin, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, rokok kretek filter, tarif air minum PDAM, dan tarif angkutan dalam kota.
Sejalan dengan itu, inflasi pada komponen harga bergejolak sedikit meningkat, yaitu mencapai 5,71 persen yoy, dipicu oleh kenaikan harga beras, cabai merah, bawang merah, dan ikan segar.
Baca Juga
Sementara itu, Margo menyampaikan inflasi inti pada Januari 2023 masih terkendali, yaitu tercatat pada level 3,27 persen yoy.
Dia menambahkan, masih terdapat beberapa hal yang perlu diwaspadai ke depan yang dikhawatirkan masih akan menambah tekanan pada inflasi.
Pertama, pengaruh nilai tukar yang akan mempengaruhi harga barang-barang impor (imported inflation) karena Indonesia masih mengimpor sejumlah bahan pangan.
Kedua, dinamika iklim dan cuaca, serta manajemen stok, dan distribusi antar wilayah karena akan mempengaruhi harga komoditas pangan. Oleh karenanya, dibutuhkan juga penguatan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah.
Ketiga, menurut Margo, kebijakan menaikkan harga komoditas yang diatur pemerintah perlu dilakukan secara cermat karena akan berdampak pada inflasi.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan laju inflasi akan tetap berada di atas kisaran target Bank Indonesia sebesar 2–4 persen setidaknya hingga paruh pertama tahun 2023.
Hal ini dikarenakan rendahnya base effect pada semester I/2022 dan dampak putaran kedua kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap barang dan jasa lainnya.
“Inflasi akan berada di kisaran 4–6 persen yoy pada semester pertama sebelum menurun menuju kisaran target pada semester kedua,” katanya.
Menurutnya, laju inflasi di dalam negeri telah menunjukkan tren penurunan. Namun, yang tetap perlu diwaspadai ke depan adalah kenaikan harga pangan domestik, terutama beras, di tengah penurunan harga energi dan bahan bakar dunia.
“Secara keseluruhan, kami memperkirakan inflasi mencapai sekitar 3,60 persen pada akhir 2023,” kata Andry.