Bisnis.com, JAKARTA- Pengembang properti memiliki salah satu kunci untuk berkontribusi dalam mengentaskan polemik kemacetan di DKI Jakarta. Peran penting tersebut ialah pembangunan kawasan Transit Oriented Development (TOD).
Head of Advisory Services Colliers Indonesia, Moniva Koesnovagril menerangkan TOD adalah sebuah pembangunan mixed-use yang terdiri dari perkantoran, perumahan atau apartemen, ritel, hotel, dan lainnya yang berdekatan dengan transit transportasi publik.
"Ini menjadi salah satu solusi untuk mengurangi permasalahan transportasi yang kerap dihadapi akibat dari penggunaan kendaraan pribadi yang sangat tinggi," kata Monica dalam keterangan resminya, Kamis (2/2/2023).
Artinya, dengan fasilitas hunian, komersial, hiburan, dan transportasi yang terbentuk di kawasan TOD, maka diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memprioritaskan penggunaan transportasi umum.
Sebagai informasi, berdasarkan TomTom Traffic Ranking data 2021 tingkat kemacetan di DKI Jakarta pada tahun 2021 tercatat sebesar 34 persen, lebih rendah dari 53 persen pada tahun 2019.
Data tersebut dapat menjadi dorongan untuk terus melanjutkan pengembangan TOD. Monica melihat konsep TOD telah diterapkan oleh beberapa area urban di Indonesia, termasuk DKI Jakarta.
Baca Juga
Dalam hal ini, dia memberikan gambaran terkait minat hunian di pusat kota sebagai pusat bisnis yang menarik minat segmen pekerja muda.
"Namun tantangan yang mereka hadapi adalah tingginya harga rumah di pusat kota, yang disebabkan karena tingginya harga tanah," jelasnya.
Oleh karena itu, pembangunan high-rise residential yang dekat dengan pusat transportasi massal (MRT, LRT, KRL, Commuter Line, kereta cepat) dapat menjadi sebuah solusi. Pembangunan properti berbasis konsep TOD dapat menjadi sebuah jawaban terhadap rendahnya permintaan unit apartemen saat ini.
Bedasarkan observasi yang dilakukan oleh Colliers, pekerja muda terutama bagi yang berada padakisaran umur 30-35 tahun pada umumnya mencari rumah atau unit perumahan dengan harga berkisar antara Rp800 juta - Rp1,5 miliar.
Peluang investasi pembangunan kawasan TOD juga didorong oleh kondisi penjualan perumahan yang tumbuh dengan stabil. Hal tersebut mengindikasikan bahwa permintaan terhadap rumah terus mengalami pertumbuhan.
Di samping itu, Monica menuturkan perlunya stimulus untuk menarik investor terhadap TOD. Dari segi permintaan, umumnya datang dari komponen perumahan yang difasilitasi oleh komponen ritel.
"Selain itu, perusahaan swasta dapat terlibat di proyek TOD dengan memanfaatkan aset milik pemerintah atau pemerintah daerah," terangnya.
Namun, hal tersebut perlu didorong oleh kemudahan terhadap perizinan dan pendampingan, peningkatan intensitas nilai bangunan atau nilai tanah, insentif berupa pengurangan nilai kewajiban daerah dan kewajiban atau insentif bagi pengembang untuk mengembangkan perumahan bagi berbagai segmen pasar, tidak hanya bagi segmen pasar tertentu.
Lebih lanjut, dia memberikan informasi yang dapat menjadi peluang untuk pengembang yaitu pembangunan dan konstruksi publik massa sarana transportasi di wilayah Jabodetabek.
Beberapa di antaranya yaitu MRT Jakarta Fase-1 yang telah beroperasi sejak 2019, Usulan LRT Jabodebek – diproyeksikan akan beroperasi pada pertengahan 2023, MRT Jakarta Fase 2A yang sedang dibangun dan akan selesai pada tahun 2027, MRT Jakarta Tahap 2B, 3 dan 4 yang kurang terencana, dan beberapa hub transportasi utama, seperti Manggarai dan Halim.