Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memproyeksikan potensi nilai emas PT Freeport Indonesia (PTFI) yang disimpan di bank emas atau bullion bank dapat menyentuh di kisaran US$3,3 miliar atau setara dengan Rp49,1 triliun.
Angka itu didapat Airlangga mengacu pada potensi produksi emas dari smelter anyar milik PTFI di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur. Adapun smelter itu diproyeksikan dapat memproduksi 35 ton hingga 60 ton emas setiap tahunnya.
Sementara harga emas spot hari ini menguat 0,38 persen atau 7,50 poin ke US$1.958,02 per troy ounce pada 15.11 WIB. Harga emas Comex naik 1,45 persen atau 28,20 poin ke US$1.971 per troy ounce.
“Dengan adanya bullion bank maka ini bisa masuk simpanan bank dan hitungannya bukan ton, kalau kita bicara 50 ton itu ekuivalen dengan US$3,3 miliar itu kan sebuah jumlah yang besar untuk neraca perbankan,” kata Airlangga selepas meninjau pengerjaan Smelter PTFI di KEK Gresik, Jawa Timur, Kamis (2/1/2023).
Airlangga didampingi Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas serta Anggota Komisi VII dari Fraksi Golkar Dyah Roro Esti Widya Putri saat meninjau kemajuan proyek yang dinilai sebagai pabrik pemurnian tembaga designed single line terbesar di dunia saat ini.
Adapun, kapasitas pengolahan konsentrat tembaga dari PTFI dan PT Smelting Gresik ditargetkan dapat mencapai 3 juta dry metric ton (dmt) per tahun. Smelter anyar itu nantinya mengambil porsi pengolahan konsentrat sebesar 1,7 juta dmt tiap tahunnya.
Lewat dua smelter milik PTFI itu, total produksi katoda tembaga dapat mencapai di angka 900.000 ton per tahun saat operasi komersial pada 2024 mendatang. Mayoritas katoda tembaga akan diproduksi di smelter baru itu dengan kapasitas mencapai 600.000 ton.
Sementara, smelter anyar itu juga bakal menghasilkan emas dan perak murni batangan mencapai 6.000 ton setiap tahunnya. Sementara produk samping berupa asam sulfat, terak tembaga dan gipsum masing masing diproduksi sebanyak 1,5 juta ton, 1,3 juta ton dan 150.000 ton setiap tahunnya.
“Tentu ini waktu yang tepat karena selama ini kan precarious metal refining diproses di luar negeri itu nilai tambahnya tinggi sekali,” kata Airlangga.
Dengan demikian, dia berharap, kemajuan proyek smelter PTFI itu dapat mengamankan seluruh rantai produksi hulu hingga hilir konsentrat tembaga di dalam negeri nantinya.
“Isu hulu hingga hilir pertambangan sampai emas bisa dihasilkan di Gresik ini tinggal diekspor atau disimpan di dalam bullion bank,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan kemajuan pengerjaan smelter berkapasitas 1,7 juta dry metric ton (dmt) itu sudah sesuai dengan lini masa yang ditenggat akhir 2023 ini.
“Sampai sekarang on the track, progres sudah 51,7 persen, sampai akhir 2023 itu sudah 100 persen konstruksi fisik selesai,” kata Tony saat berkunjung ke Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Nantinya, kata Tony, operasi komersial atau commercial operation date (COD) dari smelter ekspansi itu dapat efektif pada Mei 2024 mendatang.
Menurut dia, butuh waktu sekitar lima bulan setelah penyelesaian konstruksi fisik smelter untuk dapat beroperasi secara komersial.
“Ini pabrik atau peleburan smelter tembaga single line terbesar di dunia, commissioning ngga hanya bisa satu bulan,” tuturnya.