Bisnis.com, JAKARTA – China baru saja membuka perbatasan negaranya di awal Januari 2023, sekaligus menyambut Tahun Baru Imlek, sehingga masyarakat sudah dapat bebas bepergian.
Meski terdapat kekhawatiran dengan melonjaknya kembali kasus Covid-19 di China atau bahkan secara global, Kepala Ahli Epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Wu Zunyou, mengatakan perjalanan Tahun Baru Imlek tidak mungkin menyebabkan lonjakan kasus karena kebanyakan orang telah terinfeksi.
“Ini karena gelombang epidemi yang sedang berlangsung – sebagian besar didorong oleh beberapa sub-cabang dari strain Omicron – telah menginfeksi 80 persen populasi,” ujarnya seperti dikutip dalam Aljazeera, Minggu (22/1/2023).
Wu memprediksi pergerakan massal orang selama periode liburan Tahun Baru Imlek yang sedang berlangsung dapat menyebarkan pandemi, meningkatkan infeksi di beberapa daerah, tetapi gelombang Cvodi-19 kedua tidak mungkin dalam dua sampai tiga bulan ke depan.
Dengan perkiraan sekitar lima miliar perjalanan penumpang, kekhawatiran telah meningkat akan wabah baru di daerah pedesaan yang kurang siap untuk menangani infeksi dalam jumlah besar.
Tetapi pemerintah telah bergerak untuk meredakan kekhawatiran, dengan Komisi Kesehatan Nasional mengatakan pada bahwa China telah melewati puncak Covid-19 yang kala itu ruang gawat darurat dipenuhi dengan pasien kondisi kritis.
Per 12 Januari 2023, sebulan setelah China menarik kebijakan nol Covid-19 (zero covid policy). menurut data Pemerintah China hampir 60.000 orang dengan Covid-19 telah meninggal di rumah sakit.
Beberapa ahli mengatakan angka itu mungkin jauh dari perhitungan karena tidak termasuk mereka yang meninggal di rumah. Banyak dokter mengungkapkan bahwa mereka tidak disarankan untuk menyebut Covid-19 sebagai penyebab kematian.
Sementara itu, Indonesia sendiri telah siap menyambut wisatawan mancanegara asal China yang menurut jadwal penerbangan langsung ke Bali pada 22 Januari 2023 dengan penerbangan maskapai Lion Air dari Shenzhen yang membawa sebanyak 210 pax.