Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014 Chatib Basri melilhat probabilitas resesi di Indonesia akan relatif lebih kecil meski tantangan ekonomi global masih cukup berat.
Dalam unggahannya di Instagram pribadi, Chatib menyampaikan dari pertemuan World Economic Forum (WEF) 2023 di Davos, Swiss, terdapat tanda-tanda inflasi mengalami penurunan tetapi pasar tenaga kerja masih sangat ketat di Amerika Serikat dan Eropa.
“Implikasinya adalah bahwa tampaknya bank sentral di AS dan Eropa belum akan menurunkan bunga segera,” ujarnya dikutip, Rabu (18/1/2023).
Meski dalam bayang-bayang resesi, harapan muncul dari pembukaan ekonomi China atau pencabutan zero covid policy yang menurutnya akan membawa dampak positif, dengan tetap waspada adanya risiko jangka menengah dan panjang.
Hal yang perlu diantisipasi Indonesia adalah penurunan harga komoditas dan energi yang akan berdampak pada kinerja ekspor. Mengingat andil atau share Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya 25 persen, Chatib melihat dampaknya hanya terbatas
“Saya tetap pada pandangan saya bahwa probabilitas resesi di Indonesia relatif kecil,” tutupnya.
Dalam Indonesia Pavilion di WEF 2023, Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga menyampaikan adanya potensi penurunan harga komoditas ekspor unggulan Indonesia, seperti batu bara.
Baca Juga
Sementara itu, untuk komoditas minyak kelapa sawit atau crude palm oil/CPO, Luhut optimis dapat menjaga harganya di rentang US$800-900 an per ton.
“Harga batu bara, bijih besi dan nikel akan menurun, tetapi kami yakin kami dapat menjaga harga minyak kelapa sawit di kisaran US$800-US$900 per ton,” ujarnya seperti dikutip, Rabu (18/1/2023).
Saat ini, mengacu pada data Cif Rotterdam per 13 Januari, harga CPO berada di posisi US$985 per ton.
Senada dengan Chatib, Luhut menyampaikan setelah pencabutan kebijakan nol Covid-19 di China pada 8 Januari 2023, akan memberikan dampak positif, terutama di masa ancaman resesi, baik untuk ekonomi global, maupun Indonesia.
“Pada penelitian terbaru, pembukaan kembali China akan memberikan dampak positif bagi ekonomi global, khususnya untuk Indonesia. Kami percaya jika China membuka perbatasannya, ekonomi China dan Indonesia akan semakin tumbuh,” tambahnya.