Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi Taiwan secara tak terduga menyusut pada kuartal IV/2022, sekaligus mencatat kontraksi terburuk sejak krisis keuangan global karena berkurangnya tingkat peprmintaan.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (18/1/2023), Direktorat Jenderal Anggaran, Akuntansi dan Statistik Taiwan mencatat produk domestik bruto (PDB) pada kuartal IV/2022 terkontraksi 0,86 persen dari tahun sebelumnya.
Angka tersebut merupakan kontraksi pertama sejak awal tahun 2016, dan persentase penurunan terburuk sejak kuartal III/2009. Data ini juga jauh di bawah proyeksi para ekonom yang memperkirakan pertumbuhan 1,2 persen.
"Kemerosotan pada kuartal IV merupakan penurunan terbesar yang terlihat sejak krisis keuangan," kata pejabat eksekutif senior biro statistik Taiwan Wu Pei-hsuan.
Pertumbuhan ekonomi Taiwan sempat melonjak pada tahun 2021 saat dunia mulai dibuka kembali dari pandemi. Taiwan sempat menikmati lonjakan ekspor produk semikonduktor dan produk lainnya selama waktu itu, yang mendorong pertumbuhan.
Namun, ekonomi tertekan tahun lalu karena inflasi meningkat dan suku bunga meroket, sehingga mengurangi permintaan global.
Baca Juga
Ekspor ke China yang menjadi salah satu mitra dagang terpenting Taiwan, terpukul karena ekonomi China menerapkan aturan Zero Covid hingga akhir tahun. Aktivitas di China juga terhambat pada bulan Desember karena tidak adanya pembatasan virus dan penyebaran infeksi.
Wu mengatakan ekspor ke China dan Hong Kong pada kuartal IV sempat anjlok 15,6 persen dari tahun sebelumnya.
Ekonom United Overseas Bank Ltd. Singapura Ho Woei Chen mengatakan hambatan pada ekonomi jelas berasal dari ekspor. Dia membandingkan dengan konsumsi swasta yang mengalami pertumbuhan cukup baik.
"Dari apa yang terlihat, saya rasa kita belum melihat titik terendah dan ada prospek resesi teknikal di kuartal pertama," lanjutnya.
Data statistik menunjukkan PDB meningkat 2,43 persen untuk sepanjang 2022, sedikit lebih buruk dari ekspektasi ekonom yang memperkirakan pertumbuhan PDB 2,9 persen sepanjang tahun lalu.