Bisnis.com, JAKARTA - Perdagangan internasional diperkirakan tumbuh lebih lambat daripada ekonomi global dalam satu dekade ke depan karena perang di Ukraina kembali mengubah arus perdagangan internasional.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (17/1/2023), Boston Consulting Group (BCG) memperkirakan tingkat ekspansi perdagangan dunia rata-rata mencapai 2,3 persen per tahun hingga 2031.
Pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan dengan proyeksi peningkatan produk domestik bruto (PDB) global rata-rata 2,5 persen setiap tahun selama periode yang sama.
BCG melacak tingkat pertumbuhan PDB dunia selama dekade sebelum pandemi. Oleh karena itu, laporan BCG tersebut memprediksi kemungkinan terburuk dari ekonomi global yang stagnan sejak Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) didirikan lebih dari 25 tahun yang lalu.
Direktur Pelaksana BCG Nikolaus Lang mengatakan setelah hampir 30 tahun lingkungan perdagangan yang relatif aman, saat ini perdagangan berada di tengah dinamika persaingan Timur dan Barat, antara komunitas yang dipimpin AS dan Uni Eropa dengan China-Rusia.
Selain itu, ada juga potensi munculnya kelompok ketiga dari negara-negara yang tidak selaras dari kedua kubu tersebut.
Baca Juga
Lang mengatakan sektor energi, pertanian, logam industri, dan semikonduktor menjadi yang paling dirugikan dari perang Rusia-Ukraina dan ketegangan antara AS dan China. Hal ini juga yang menjadi salah satu penyebab lonjakan harga yang mengerek inflasi.
"Perpindahan dari perdagangan global ke perdagangan regional juga menghasilkan disekonomi skala yang memicu kenaikan harga. Ketika dunia menyesuaikan diri, kami memperkirakan tekanan inflasi akan berkurang,” kata Lang.
Namun, dia mengingatkan tekanan inflasi akan terus berlanjut hingga tahun 2023 dan 2024.
Berikut ini pihak-pihak yang diuntungkan atau dirugikan dari gejolak perdagangan dalam sembilan tahun ke depan, menurut BCG:
1. Uni Eropa (UE) akan meningkatkan nilai perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) sebesar US$338 miliar, sebagian besar didorong oleh ekspor energi AS ke Eropa, dan juga akan memperluas perdagangan dengan negara-negara Asean, Afrika, Timur Tengah dan India.
2. Nilai perdagangan antara AS dan China akan turun sebesar US$63 miliar.
3. Pertumbuhan perdagangan juga akan melambat antara UE dan China, menjadi hanya sebesar US$72 miliar.
4. Perdagangan antara Rusia dan China akan tumbuh sebesar US$90 miliar. Adapun nilai perdagangan Rusia-India tumbuh sebesar US$20 miliar.
5. Asia Tenggara akan menjadi pemenang utama, dengan perkiraan perdagangan baru senilai US$1 triliun yang sebagian besar terkait dengan perdagangan dengan China, Jepang, AS, dan UE.
6. Perdagangan Asean dengan China akan tumbuh sebesar US$438 miliar, angka terbesar di antara kerja sama antar kawasan lainnya.