Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Bawa Kabar Baik bagi Ekonomi Global, Sinyal Resesi Melemah?

Pembukaan aktivitas kembali dari pengetatan di China dapat memperkecil kemungkinan terjadinya resesi global
Seorang pekerja medis dengan pakaian pelindung melihat warga yang antre untuk tes Covid-19 di Shanghai, China (12/7/2022)./Antara
Seorang pekerja medis dengan pakaian pelindung melihat warga yang antre untuk tes Covid-19 di Shanghai, China (12/7/2022)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Pembukaan aktivitas kembali dari pengetatan di China secara tiba-tiba akan memberikan dorongan positif bagi ekonomi dunia yang lesu dan memperkecil kemungkinan terjadinya resesi global.

Dorongan pertumbuhan akan dirasakan terutama melalui sektor jasa, seperti penerbangan, pariwisata, dan pendidikan. Negara-negara yang bergantung pada pariwisata di Asia Tenggara kemungkinan akan menjadi yang pertama mencatatkan peningkatan. 

Ekonomi negara maju pun akan mendapatkan dorongan positif dari kembalinya pengunjung China.

Meskipun pemulihan ekonomi China diperkirakan akan sulit, pergeseran kebijakan yang dramatis akibat Covid dinilai dapat memberikan katalis positif juga bagi pasar real estat yang merosot. Itu akan memberikan dorongan bagi produsen komoditas seperti Chili dan Brazil.

Dampaknya pun telah mengalir melalui pasar keuangan, tercermin dari harga tembaga yang melonjak hingga US$9.000 per ton untuk pertama kalinya sejak Juni, nilai saham pertambangan Australia naik ke level tertinggi sepanjang masa dan peso Chili menikmati rentetan kenaikan terbaiknya sejak Agustus, semua dipicu oleh pembukaan kembali China.

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) pada pekan lalu menggambarkan bahwa poros China dari kebijakan Zero Covid kemungkinan sebagai satu-satunya faktor terpenting untuk pertumbuhan global pada 2023. Artinya, China menjadi kontributor positif untuk pertumbuhan global rata-rata sekitar pertengahan tahun.

Kepala Ekonom Asia di HSBC Holdings Plc. Frederic Neumann mengfatakan pembukaan kembali ekonomi China akan memberikan sentakan yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan global.

“Sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, percepatan belanja rumah tangga dan investasi China akan membantu meletakkan dasar di bawah perdagangan global pada saat permintaan di Barat goyah,” katanya, dilansir melalui Bloomberg, Senin (16/1/2023).

Untuk sektor jasa, China memperkirakan jumlah penerbangan internasional akan pulih setara dengan 15-25 persen dari tingkat prapandemi mereka pada akhir Maret.

Analis Barclays Plc termasuk Jian Chang memperkirakan akan terjadi lonjakan pariwisata dan berdasarkan data Ctrip International Ltd., pemesanan perjalanan internasional untuk liburan Tahun Baru Imlek mendatang meningkat signifikan sebesar sebesar 260 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Mereka mengatakan bahwa ekonomi maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia akan menjadi penerima manfaat.

Asia Tenggara, termasuk Thailand dan Vietnam juga menantikan kembalinya pengunjung dari China. Tercatat, Thailand menarik sekitar 11,5 juta pengunjung asing tahun lalu, turun dari 40 juta sebelum pandemi pada 2019, yang mana seperempatnya berasal dari China. Pemerintah Thailand memperkirakan akan ada 25 juta pengunjung asing pada tahun ini.

Pada saat yang sama, pemulihan domestik di China akan mendorong permintaan impor yang lebih kuat dan pembelian merek asing. S&P Global memperkirakan pertumbuhan ritel di China mencapai 5,8 persen pada 2023.

Meski demikian, krisis kesehatan masih menjadi bayang-bayang panjang atas keyakinan konsumen. Harga properti yang merosot masih akan membebani rebound keyakinan konsumen. Dari sisi stimulus pemerintah, sejauh ini, setidaknya relatif terkendali.

Terkait inflasi, Bloomberg Economics memperkirakan pembukaan kembali China akan mendorong pertumbuhan PDB 2023 menjadi 5,1 persen, sehingga menambah sekitar 0,9 poin persentase ke inflasi global.

Pembuat kebijakan mewaspadai bagaimana China dapat memengaruhi harga. Gubernur Bank of Korea Rhee Chang-yong pada pekan lalu mengakui bahwa sementara China dapat meningkatkan ekspor negaranya, hal itu juga dapat memicu tekanan inflasi.

"Jika ekonomi China pulih dengan cepat, itu mungkin baik untuk neraca berjalan Korea, tetapi dapat menyebabkan harga minyak mentah naik," kata dia.

Namun demikian, untuk ekonomi dunia yang mengharapkan kabar baik, rebound permintaan dari China akan disambut baik. Kepala Ekonom Asia Pasifik Natixis SA Alicia Garcia-Herrero mengatakan bahwa jika pemulihan berjalan seperti yang diharapkan, China mungkin akan menyumbang setengah dari pertumbuhan global.

“Mengingat pertumbuhan kecil yang diharapkan untuk AS dan Eropa, dengan risiko penurunan resesi keduanya, pertumbuhan PDB 5,5 persen yang kami harapkan untuk China pada 2023 akan sangat berkontribusi pada pertumbuhan global,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper