Bisnis.com, JAKARTA - Perluasan pabrik Tesla Inc. di Shanghai ditunda untuk sementara karena masalah data yang berisiko menghalangi ambisi produsen mobil listrik Amerika Serikat (AS) untuk mengembangkan pasar di Negeri Panda ini.
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (13/1/2023), ekspansi fase ketiga yang dijadwalkan mulai pertengahan tahun akan membuat kapasitas pabrik menjadi dua kali lipat atau sekitar 2 juta mobil per tahun, kata sumber yang tidak ingin disebutkan namanya.
Penundaan tersebut bertepatan dengan meningkatnya kebencian publik terhadap produsen mobil listrik AS ini pada saat ketegangan antara Washington dan Beijing semakin tinggi. Selain itu, masyarakat setempat juga khawatir dengan kebobolan data melalui satelit luar angkasa Starlink milik Elon Musk.
Beberapa waktu lalu, pemilik mobil Tesla yang marah menerobos masuk showroom di China pada akhir pekan lalu karena mengeluh Tesla memangkas harga mobil baru nyaris setengahnya.
Selain itu, mobil-mobil Tesla juga dilarang dari kompleks militer dan kompleks perumahan China pada awal 2021 karena kekhawatiran tentang data sensitif yang dikumpulkan oleh kamera yang terpasang di kendaraan.
Perwakilan Tesla di China dan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Beijing tidak mau berkomentar sama sekali terkait masalah tersebut.
Baca Juga
Seperti diketahui, fase pertama dan kedua dari pembangunan perluasan pabrik Tesla di Shanghai sudah selesai. Pabrik mulai dibangun pada tahun 2019, sekarang mampu memproduksi 1 juta sedan Model 3 dan kendaraan SUV Model Y setiap tahun setelah peningkatan pada tahun 2022.
Namun, fase ketiga ini akan melibatkan sejumlah besar konstruksi dan lahan tambahan. Sayangnya, fase tiga masih bisa berubah sambil menunggu panduan lebih lanjut dari pejabat senior pemerintah pusat.
China telah menjadi pusat manufaktur utama untuk Tesla yang berbasis di Austin, Texas, dengan pabrik Shanghai memproduksi lebih dari 710.000 mobil pada tahun 2022, atau sekitar 52 persen dari output perusahaan di seluruh dunia.
Meski demikian, permintaan konsumen di China terkait pasar mobil dan kendaraan listrik terbesar di dunia telah terpukul oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi dan aturan ketat Covid-19, yang mengakibatkan penguncian selama berbulan-bulan dan gangguan rantai pasokan.
Untuk mengatasi hal itu, Tesla telah memangkas harga dan mempertahankan insentif. Meski begitu, pengiriman merosot pada bulan Desember menjadi sekitar 56.000 unit karena produksi dihentikan sementara di tengah peningkatan peralatan dan permintaan konsumen yang lesu.
Sementara itu, pesaing Tesla dari China, BYD Co. mengirimkan 111.939 kendaraan listrik bulan lalu. Karena pengembangan bisnisnya di China terhenti, Tesla telah berkembang di bagian lain Asia, termasuk membuka showroom di Thailand.