Bisnis.com, JAKARTA - Warren Buffett adalah salah satu investor terhebat sepanjang masa. Perusahaannya, Berkshire Hathaway, telah menjadi salah satu pengelola investasi terbesar sejak Buffett mengambil alih perusahaan ini pada tahun 1965.
Dilansir dari The Motley Fool pada Senin (16/1/2023), kesuksesan Berkshire berkat portofolio ekuitasnya yang besar dan sekarang bernilai lebih dari US$322 miliar, di mana Buffett dan tim investasinya membeli dan menjual saham individu.
Ketika memilih saham individu, seorang investor bisa belajar banyak dari strategi investasi sang Oracle of Omaha ini dan mengikuti tipsnya sebelum memutuskan membeli saham.
Berikut adalah 3 indikator saham yang patut dicermati dalam investasi saham ala Warren Buffett:
1. Kinerja yang konsisten
Warren Buffett mencari perusahaan yang dia minat lengkap dengan rekam jejak yang solid dalam hal kinerja keuangan. Buffett mengevaluasi emiten calon investasinya melalu indikator return on equity (ROE), yang didapat dari laba bersih dibagi ekuitas, dan margin laba atau seberapa banyak pendapatan perusahaan yang menjadi laba.
Hal tersebut dilakukan bukan untuk menemukan perusahaan yang dapat menghasilkan ROE, tetapi perusahaan mampu melakukannya berulang kali melalui berbagai lingkungan ekonomi yang berbeda.
Contohnya, perusahaan kartu kredit dan pembayaran American Express telah mencatat ROE di atas 12 persen selama dekade terakhir, dan berkali-kali ROE itu mencapai 25 persen atau lebih.
Sementara itu, saham Apple yang sejauh ini merupakan kepemilikan terbesar Berkshire dalam portofolionya, telah mencatat margin laba lebih dari 20 persen sejak 2010.
Baca Juga
2. Valuasi saham
Buffett tidak hanya mencari saham yang diperdagangkan dengan valuasi murah. Namun, dia melakukan penilaian jangka panjang perusahaan tersebut.
"Jauh lebih baik membeli perusahaan yang bagus dengan harga yang wajar daripada perusahaan yang wajar dengan harga yang bagus." kata Warren.
Jika sesuatu diperdagangkan dengan diskon besar, kemungkinan ada alasan di balik diskon tersebut. Sebaliknya, lebih baik mencari perusahaan yang besar dan dapat dibeli dengan valuasi yang adil, hal ini tentunya lebih baik dalam jangka panjang.
3. Kekuatan merek
Buffet cenderung memilih perusahaan dengan kekuatan merek yang cenderung sulit disaingi. Contohnya, merek jual Apple dan Coca-Cola
Merek yang kuat memberi perusahaan-perusahaan ini kekuatan harga yang luar biasa. Hal ini sangat berguna pada saat inflasi tinggi seperti yang dialami saat ini. Meskipun biaya bisnis Apple atau Coca-Cola telah naik. Namun, merek yang kuat memungkinkan mereka untuk menaikkan harga produk tanpa terlalu banyak penolakan dari konsumen.
Selain itu, jika harga iPhone naik US$100, sebagian besar konsumen masih akan tetap membelinya, terutama jika konsumen sudah lama menggunakan merek tersebut.