Bisnis.com, JAKARTA - Tren di sektor properti akan semakin bergeser ke konsep bangunan hijau atau green building sebagai prinsip dasar pembangunan berkelanjutan (sustainability) berdasarkan strategi Environmental, Social, and Governance (ESG).
Jones Lang LaSalle (JLL), perusahaan manajemen real estat dan investasi melaporkan tren gedung perkantoran di 2023 akan beralih signifikan ke prinsip green building yang akan lebih diminati pasar.
Chief Research Officer JLL Asia Pacific, Roddy Allan, menerangkan kemunculan tren konsep keberlanjutan dan penerapan prinsip ESG harus dicermati pada 2023 mendatang.
Berdasarkan riset JLL, sebanyak 74 persen atau mayoritas perusahaan bersedia membayar premi untuk menyewa sebuah gedung yang mengutamakan keberlanjutan (sustainability) atau memiliki kredensi ramah lingkungan.
"Bahkan, sebanyak 22 persen mengatakan bahwa mereka sudah melakukannya," kata Allan, Jumat (30/12/2022).
Allan melihat saat ini bangunan yang ramah lingkungan masih terbatas. Padahal, pemilik properti yang melakukan proyek retrofit atau menambah fitur baru bisa mendapatkan keuntungan dari harga sewa yang lebih tinggi.
Selain itu, dengan menambah nilai aset tersebut risiko keuangan akan lebih rendah, meningkatkan akses investasi yang lebih baik dengan harga yang menguntungkan, serta prospek yang lebih baik untuk menarik dan mempertahankan penyewa.
"Peluang terletak pada premi sewa untuk bangunan bersertifikasi ramah lingkungan, yang muncul karena kesenjangan permintaan dan penawaran," ujarnya.
Menurut riset JLL, perushaan di Asia Pasifik bercita-cita untuk memiliki sertifikasi keberlanjutan pada gedung kantornya yang diakui pasar untuk setidaknya setengah dari portofolio mereka pada 2025.
Namun, pasokan gedung bersertifikasi ramah lingkungan yang saat ini sebesar 40 persen untuk stok perkantoran Grade A tidak cukup untuk memenuhi ambisi target net zero yang ditetapkan oleh penghuni.
Dari sisi perumahan, berdasarkan laporan Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2022, setelah pandemi Covid-19 mereda, masyarakat semakin peduli dengan lingkungan sekitar hunian sekaligus memikirkan aspek kesehatan pasca pandemi.
"Sebanyak 83 persen responden survei menyatakan bersedia membayar lebih untuk properti yang memiliki fitur ramah lingkungan dan kesehatan," kata Country Manager Rumah.com, Marine Novita.
Survei tersebut juga mengungkap bahwa hampir seluruh responden khawatir dengan perubahan iklim yang mempengaruhi properti mereka seperti dinyatakan oleh 97 persen responden.
Mayoritas responden menyebutkan bencana alam seperti banjir, gempa bumi, kebakaran dan tanah longsor sebagai perhatian utama mereka ketika membeli hunian.