Bisnis.com, JAKARTA - Selama wisatawan asal China belum bepergian ke seluruh dunia, maka kunjungan wisman dari Australia, India, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat (AS), dan Inggris menjadi andalan.
China, negara dengan penduduk 1,3 miliar, tetap eksis dengan kegigihannya memosisikan diri untuk meraih tingkat industrialisasi yang terus-menerus memuncak. China, yang berusaha sekuat tenaga, tetapi dengan cara tragis, melakukan lompatan besar dari perekonomian agraria menjadi negara industri maju di bawah Mao Zedong, kini melakukan lompatan besar melampaui banyak negara industri yang sudah maju.
Sejak China mulai mereformasi perekonomiannya satu generasi lalu, negara itu telah tumbuh dengan angka resmi sebesar 9,5%. Negara mana pun pada tahap-tahap awal reformasi perekonomiannya sering kali naik cepat, tetapi tidak seperti China.
Andaikata AS yang mengalami kemajuan pesat pada 80-an dan 90-an, tumbuh dengan tingkat kecepatan China sejak 1978, tentu perekonomian AS saat ini kurang lebih sudah mencapai ukurannya sekarang ditambah dengan dua kali perekonomian Jepang. Nicholas Lardy, ekonom dari Institute for International Economics, mencatat bahwa China tumbuh besar-besaran, bahkan selama terjadi masa kelesuan ekonomi di seluruh dunia pada 2001 hingga 2002.
Kehadiran wisman di Indonesia tidak hanya bermakna ekonomis, namun juga politis, terkait positioning Indonesia di tingkat internasional. Jumlah kunjungan wisman juga menjadi cerminan daya saing turisme Indonesia di antara negara-negara tetangga, dan destinasi wisata dunia lainnya.
Alasan wisman datang ke Indonesia terutama karena stabilitas politik menjelang tahun politik 2024, selain pemandangan alam yang indah dan penawaran perjalanan yang menarik. Sekiranya stabilitas politik dan keamanan dalam negeri menjadi syarat utama yang mendukung kesuksesan kinerja promosi, kreativitas membuat paket wisata yang menarik, dan alam Indonesia yang memesona untuk dikunjungi makin banyak wisman.
Baca Juga
Terkait dengan ludesnya tiket penerbangan dari Australia ke Bali, Presdir PT Visa Worldwide Indonesia, Ellyana Fuad, beberapa tahun lalu menyatakan, kalangan profesional dan pebisnis muda dari 4 negara menjadi wisatawan potensial Indonesia dengan pengeluaran sedikitnya US$1.500 per kunjungan. Mereka adalah pecinta kegiatan outdoor, wisata kuliner, spa, dan olahraga air.
Hal menarik dari temuan survei ini usia calon wisatawan rata-rata 34 tahun, pilih tinggal di hotel bintang tiga–empat, rata-rata lama tinggal 9 malam. menyukai perjalanan bersama pasangan, dan merencanakan tempat yang patut dikunjungi dengan pilihan sendiri. Mereka bersedia membayar lebih untuk makanan lezat, daerah kunjungan eksotis, dan kesempatan menikmati budaya baru.
Temuan lainnya dari survei tersebut adalah rata-rata gaji bulanan mencapai US$1.850, umumnya responden menjawab bahwa rencana perjalanan ke Indonesia bukan untuk pertama kalinya, prioritas aktivitas yang ingin dilakukan mendapat pelayanan spa untuk kebugaran atau relaksasi selama di Indonesia (bisnis.com, 28/12/12).
Negara asal calon wisatawan yang dimaksud berasal dari Australia, Singapura, Malaysia, dan Taiwan. Australia, salah satu pasar klasik pariwisata Indonesia, merupakan pasar wisatawan yang strategis bagi Indonesia. Dengan populasi penduduk sebesar 20,26 juta jiwa, sejumlah 4,8 juta di antaranya melakukan perjalanan ke negara lain beberapa tahun sebelum pandemi dengan rata-rata lama kunjungan di negara tujuan berkisar 16–30 hari.
Negara-negara di Asia dikunjungi oleh 35 persen dari jumlah wisatawan Australia. Dalam hal ini Indonesia menempati urutan pertama dalam menerima kunjungan wisatawan Australia, dengan jumlah kunjungan ke Pulau Bali sebesar 357.000 wisatawan pada beberapa tahun sebelum pandemi.
Dilihat dari karakteristiknya, wisatawan Australia cukup berpendidikan (latar belakang perguruan tinggi), tingkat sosial-ekonomi yang cukup tinggi (penghasilan rata-rata AU$50.000 per tahun), serta pengguna komputer dan internet (66% di rumah, dan 54% di sekolah atau kantor). Lebih jauh lagi, aktivitas wisata yang diminati wisatawan Australia, antara lain belanja, mengunjungi kerabat, rekreasi, tur dalam kota dan situs-situs bersejarah. Wisatawan Australia menginginkan perjalanan wisata di mana mereka dapat merasakan orisinalitas budaya setempat.
Karakteristik minat wisman dari 4 negara ini senada dengan prioritas produk wisata Kemenparekraf pascapandemi, di mana diprioritaskan pada nature, eco, wellness, adventure tourism. Di samping itu, upaya dan antusiasme pelaku industri pariwisata makin tinggi, terutama pasca-KTT G20 di Bali, diyakini mampu mengakomodasi dan memanfaatkan peluang ini. Hotel berbintang, misalnya senantiasa menyiapkan diri dan telah terlatih memberikan layanan eksklusif yang berkesan dengan menyediakan kuliner khas daerah dengan citarasa yang memenuhi selera wisman. Demikian halnya destinasi wisata, menjunjung tinggi aspek kebersihan dan kesehatan di destinasi wisata, serta memprioritaskan keselamatan wisatawan. Mari kita sambut 2023 dengan optimistis.