Bisnis.com, JAKARTA — Tercapainya target penerimaan pajak berpotensi membuat defisit anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN 2022 akan lebih kecil dari asumsi awal. Jika belanja tidak sepenuhnya terserap, nilai defisit bisa lebih kecil lagi.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menjelaskan bahwa tingkat penerimaan pajak akan memengaruhi struktur APBN secara keseluruhan. Defisit APBN akan bergerak mengikuti kinerja penerimaan negara dan realisasi belanja pada penghujung tahun.
Menurutnya, dengan kinerja penerimaan pajak Rp1.580 triliun, asumsi penerimaan bea dan cukai Rp299 triliun, serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp481 triliun, maka total penerimaan negara pada tahun ini dapat mencapai Rp2.360 triliun.
Perhitungan Yusuf itu melebihi target penerimaan negara yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) 98/2022, yakni Rp2.266,2 triliun. Dengan asumsi bahwa belanja negara sesuai pagu, maka defisit APBN 2022 berpotensi lebih kecil dari target.
"Jika asumsi belanja terealisasikan penuh sebesar Rp3.106 triliun, maka realisasi defisit anggaran setahun penuh akan berada di kisaran 4,0 persen terhadap produk domestik bruto [PDB]," ujar Yusuf kepada Bisnis, Selasa (6/12/2022).
Adapun, jika belanja hanya terserap 95 persen dari pagu, Yusuf meyakini bahwa defisit APBN akan lebih kecil lagi. Berdasarkan perhitungannya, defisit bisa berada di kisaran 3,18 persen terhadap PDB.
Baca Juga
Pemerintah memproyeksikan APBN untuk mengalami defisit Rp840,23 triliun atau 4,5 persen terhadap PDB. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini bahwa defisit akan lebih kecil dari pagu itu, sejalan dengan kewajiban konsolidasi fiskal pada tahun depan.