Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Senior Aviliani Prediksi Inflasi 2023 Bisa Sentuh 6 Persen

Ekonom Aviliani beranggapan bahwa inflasi 2023 akan melebihi perkiraan pemerintah, yakni di kisaran 3±1 persen atau 2—4 persen.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani. Bisnis-Arief Hermawan P
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani. Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai bahwa inflasi berpotensi bergerak di 6 persen pada tahun depan, imbas dari ketidakpastian ekonomi global.

Hal tersebut disampaikan oleh Aviliani dalam seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2023 yang diselenggarakan Indef. Aviliani menyoroti aspek moneter dan dinamika industri perbankan dalam menghadapi 2023 yang penuh tantangan.

Menurutnya, laju inflasi masih akan bergerak tinggi pada tahun depan. Aviliani beranggapan bahwa inflasi 2023 akan melebihi perkiraan pemerintah, yakni di kisaran 3±1 persen atau 2—4 persen.

“Inflasi [2023] mungkin tidak 3—4 persen, tetapi mungkin di bawah 7 persen, masih sekitar 6 persen,” ujar Aviliani pada Senin (5/12/2022).

Menurutnya, laju kenaikan akan sedikit tertahan oleh upaya pemerintah dalam menjaga inflasi bahan pangan. Pemerintah daerah berlomba-lomba memperoleh insentif dengan menurunkan inflasi di tempatnya melalui pemenuhan pasokan pangan.

Aviliani menilai bahwa langkah itu dapat berlanjut pada tahun depan demi meredam laju inflasi. Meskipun begitu, langkah itu saja tidak cukup, sehingga terdapat kemungkinan inflasi akan berada di atas harapan pemerintah.

Dia menilai bahwa dalam dua kuartal terakhir terjadi peningkatan ekonomi yang signifikan, dengan dominasi konsumsi hingga 65 persen pengeluaran berasal dari kelas menengah dan atas. Hal tersebut menggambarkan resistensi kelompok menengah dan atas yang relatif tidak terdampak inflasi secara signifikan.

“Inflasi itu paling kena dampaknya pada 40 persen kelas bawah, yang konsumsinya hanya 17 persen dari total nasional. Jadi memang harus dijaga bantuan langsung tunai [BLT], bagaimana tahun depan meskipun tidak ada program Pemulihan Ekonomi Nasional [PEN] BLT bisa tetap dijaga,” ujar Aviliani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper