Bisnis.com, JAKARTA - Lesunya pertumbuhan properti di China dan perlambatan ekonomi disebut dapat menjadi risiko besar bagi stabilitas sistem keuangan China.
Hal ini diproyeksi oleh Moody's Investors Service yang menyebut dampak besar menanti setelah Beijing mengekang pinjaman kepada pengembang yang membuat sektor properti negara tersebut dilanda krisis.
Dilansir Channel News Asia, Moody's menyebutkan tindakan tersebut memicu kejatuhan investasi properti, penjualan dan harga yang turun dengan tajam dan meningkatkan angka gagal bayar obligasi.
Kondisi tersebut tentu berdampak pula pada permintaan yang lesu sehingga prospek sektor real estat negatif. Padahal, menurut Moody's, properti merupakan penopang yang melindungi sistem keuangan China.
"Beberapa penyangga yang melindungi sistem keuangan terkikis, yang akan menimbulkan risiko jika penurunan properti berlarut-larut. Risiko terhadap stabilitas sistem keuangan China meningkat di tengah kontraksi di sektor properti dan perlambatan ekonomi negara," tulis laporan Moody's, dikutip Channel News Asia, Senin (5/12/2022).
Di sisi lain, pemerintah Beijing telah memberikan stimulus dalam beberapa pekan terakhir untuk meningkatkan likuiditas di industri properti, yang menyumbang seperempat ekonomi terbesar kedua di dunia dan telah menjadi pendorong utama pertumbuhan.
Stimulus tersebut termasuk pelonggaran tingkat suku bunga pinjaman untuk pembeli pertama kali di beberapa kota, pemotongan suku bunga di bawah dana penyediaan perumahan untuk pembeli pertama, dan keringanan pajak penghasilan.
"Semua kota harus sepenuhnya siap untuk menerapkan penyesuaian kebijakan lokal, sehingga mereka dapat mengimbangi kekuatan pasar dan dinamika perubahan situasi yang muncul," kata Direktur E-House China Research and Development Institution, dikutip dari China Daily.
Di sisi lain, seorang analis senior di Zhuge Real Estate Data Research Center Chen Xiao meyakini stimulus di atas akan meningkatkan kepercayaan pasar dan mendorong permintaan.
Bank-bank komersial terbesar di China juga telah memberikan setidaknya US$162 miliar kredit baru kepada pengembang properti. Sementara kebijakan baru pemerintah dapat meringankan kendala pendanaan, mereka akan membutuhkan waktu untuk memberikan efek.
"Meskipun pihak berwenang terus memiliki stimulus untuk mencegah krisis keuangan sistemik, beberapa penyangga ini melemah, dan dapat menimbulkan risiko jika penurunan properti bertahan," kata Lillian Li, wakil presiden Moody's.
Namun, menurut Moody's, terlepas dari kekuatan keseluruhan sistem perbankan, bank-bank kecil paling rentan dan jauh lebih terpapar risiko dari sektor properti.
Risiko sektor properti telah membebani kualitas aset bank, dengan analis memperkirakan rasio non-performing untuk real estate akan tetap tinggi bagi pemberi pinjaman dalam beberapa bulan mendatang.