Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa dinamika perekonomian saat ini berubah, risiko yang sebelumnya disebabkan oleh pandemi Covid-19 bergeser menjadi ke sektor keuangan.
Kondisi ini dipicu oleh laju inflasi global yang tinggi sehingga mendorong pengetatan moneter negara maju dan penguatan mata uang, khususnya di Amerika Serikat (AS).
Oleh karena itu, dia mengatakan APBN pada 2023 dirancang dengan desain yang optimis namun tetap waspada.
“Optimis karena kita melihat proses pemulihan berjalan dan momentumnya cukup kuat, bahkan sampai November ini,” katanya dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) KADIN 2022, Jumat (2/12/2022).
Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berpotensi mencapai 5 persen. Jika terjadi, maka Indonesia akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi selama 5 kuartal beruntun.
Namun demikian, imbuhnya, target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2023 yang sebesar 5,3 persen merupakan target yang ambisius karena perlambatan ekonomi global pasti memberikan dampak bagi aktivitas perekonomian di dalam negeri.
Baca Juga
“Rembesannya ke ekonomi kita, bisa ke ekspor mungkin yang tidak setinggi tahun ini, investasi karena suku bunga berubah, dan konsumsi rumah tangga karena tekanan kenaikan harga,” jelasnya.
Dengan tantangan tersebut, dia mengatakan fungsi APBN pada tahun depan akan difokuskan untuk mengantisipasi dan mengatasi tantangan global tahun depan.
Pemerintah menetapkan pagu anggaran untuk belanja pada 2023 sebesar Rp3.061,2 triliun, yang akan difokuskan terutama untuk pembangunan SDM, perlindungan sosial, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur.
“Fokus pertama memperbaiki kualitas SDM dengan anggaran pendidikan Rp612 triliun sendiri, anggaran kesehatan Rp179 triliun, bansos dan perlindungan sosial, termasuk subsidi Rp479 triliun, dan anggaran belanja pembangunan infrastruktur untuk menyelesaikan PSN [Proyek Strategis Nasional] maupun dan termasuk IKN sebesar Rp392 triliun,” jelasnya.