Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mempertanyakan keyakinan para CEO yang hadir dalam CEO Forum XIII bertajuk “Tantangan dan Langkah Percepatan Pemulihan 2023”, untuk tetap ekspansi di tengah gejolak ekonomi pada 2023. Pasalnya, hal tersebut dapat memengaruhi pertumbuhan investasi Indonesia, yang kemudian berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.
Sri Mulyani menyampaikan, mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen menjadi tantangan Indonesia pada 2023. Ini lantaran masih adanya gejolak global yang tentu akan berdampak terhadap ekonomi dalam negeri.
“Saya akan bertanya pada CEO di sini. Anda confidence enggak untuk tetap ekspansi sehingga pertumbuhan investasi di atas 5 persen? Itu penting,” kata Sri Mulyani, Jumat (2/12/2022).
Dia menuturkan, pada kuartal III/2022 Indonesia mampu tumbuh di level 5,7 persen secara tahunan. Ini terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi, masing-masing sebesar 5,39 persen (year-on-year/yoy) dan 4,96 persen. Sementara, porsinya terhadap PDB masing-masing sebesar 50,38 persen dan 28,55 persen.
Jika investasi dapat bertahan dan tumbuh di atas 5 persen, dia menilai Indonesia punya secercah harapan bahwa resiliensi dari ekonomi domestik akibat kenaikan tingkat suku bunga dan pengetatan kebijakan moneter akibat inflasi tinggi di dunia, bisa dijaga.
Sebagaimana diketahui, ketidakpastian global telah membuat sejumlah bank sentral di negara maju menaikkan suku bunga acuannya secara agresif, guna mengendalikan inflasi tinggi di negaranya. Bahkan, Sri Mulyani, mengutip ucapan beberapa pejabat Federal Reserve, mengatakan, ‘itu akan menjadi tinggi untuk waktu yang relatif lama’.
Baca Juga
Artinya, kata dia, dampak terhadap ekonomi di negara maju mungkin akan terasa sepanjang 2023, dan dampaknya pada perekonomian tentunya terjadi capital outflow.
“Itu yang sekarang kita rasakan. SBN kita termasuk yang terkena capital outflow dari non residen, jadi pemegang surat berharga asing kemudian keluar dari Indonesia atau melepas SBN kita. Berarti yield dari surat berharga kita juga akan naik,” jelas dia.
Kondisi ini juga direspons oleh Bank Indonesia dengan melakukan pengetatan kebijakan moneter. Melihat dampaknya terhadap ekonomi Indonesia, Sri Mulyani mempertanyakan seberapa resilien investasi Indonesia untuk tetap mampu bertahan dalam kondisi kecenderungan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan tahun ini.
“Teman-teman perbankan akan lihat, credit growth akan tetap resilien atau tidak, dan perusahaan-perusahaan yang akan tetap melakukan listing supaya capital dan investment itu tetap terjadi,” pungkasnya.