Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wamenkeu Suahasil Blak-blakan soal Ancaman Resesi 2023

Ini penjelasan Wamenkeu Suahasil Nazara soal ancaman resesi yang diprediksi bakal terjadi pada 2023.
Wamenkeu RI Suahasil Nazara dalam acara The Indonesia 2023 Summit: Rebuild the Economy di Jakarta, Kamis (27/10/2022)./Dok. Kemenkeu
Wamenkeu RI Suahasil Nazara dalam acara The Indonesia 2023 Summit: Rebuild the Economy di Jakarta, Kamis (27/10/2022)./Dok. Kemenkeu

Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan ancaman resesi yang masih terus diwaspadai pemerintah yang berpotensi mempengaruhi laju perekonomian Indonesia pada tahun depan.

Dia mengatakan, pemerintah dalam APBN Tahun Anggaran 2023 menetapkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen. Meski optimis, pemerintah juga terus mewaspadai sejumlah risiko, terutama arah normalisasi kebijakan moneter dan pengetatan likuiditas di negara maju.

“Seberapa optimistis, harus kita ukur dan terjemahkan dengan baik. Secara makro, suku bunga The Fed menjadi barometer di seluruh dunia, termasuk suku bunga di Eropa,” katanya, Selasa (29/11/2022).

Dia menyampaikan, sumber optimistisnya, adalah laju inflasi di Amerika Serikat (AS) yang mulai melandai. Tercatat, inflasi AS pada Oktober 2022 melandai ke tingkat 7,7 persen, lebih rendah dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar 8,2 persen.

DI sisi lain, sumber waspadanya, The Fed diproyeksi masih akan melanjutkan kebijakan untuk menaikkan suku bunganya. Hal ini memberikan ketidakpastian bagi negara berkembang, termasuk indonesia.

“Sumber waspadanya, suku bunga masih akan naik. Masih akan naik lagi atau tidak, kita pelototin terus. Setiap ada pidato dari The Fed, kita pelajari kata per katanya, tendensinya kemana, kita komplemenkan dengan optimisme kita di dalam mengelola ekonomi Indonesia,” katanya.

Suahasil menambahkan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat 5,3 persen pada tahun depan, pemerintah terus memantau seluruh gerak perekonomian dunia.

“APBN yang kita desain dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen, pelaksanaannya juga kita perhatikan dari hari pertama bulan Januari. Kita aware dengan seluruh gerak ekonomi yang terjadi di dunia,” kata dia.

Menurutnya, Indonesia saat ini telah memiliki modal yang kuat dalam menghadapi ancaman global tersebut, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tercatat mencapai 5,72 persen pada kuartal III/2022.

Selain itu, dia menilai tingkat inflasi domestik yang mencapai 5,71 persen pada Oktober 2022 juga masih cukup terkendali, jika dibandingkan dengan banyak negara yang tingkat inflasinya bahkan mencapai level dua digit.

“Kita melihat ruang-ruang yang mesti kita waspadai. APBN akan tetap menjadi shock absorber. APBN kita bangun dengan optimisme, namun waspada,” tutur Suahasil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper