Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi November 2022 pada siang ini, pukul 11.00 WIB, Kamis (1/12/2022).
Mengacu pada konsensus Bloomberg dari 27 lembaga memperkirakan inflasi pada November 2022 mencapai 5,50 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, memperkirakan tingkat inflasi November 2022 akan mencapai 5,53 persen yoy, lebih rendah dari bulan lalu sebesar 5,71 persen yoy.
Berdasarkan komponennya, Josua mengatakan pendorong utama inflasi pada periode tersebut berasal dari komponen inti, yang diperkirakan meningkat 3,38 persen secara tahunan.
“Pendorong inflasi pada bulan November 2022 utamanya adalah inflasi inti yang diperkirakan berkisar 3,38 persen yoy, dari bulan sebelumnya 3,31 persen yoy,” katanya kepada Bisnis, Rabu (30/11/2022).
Josua menjelaskan, perkembangan tersebut dipengaruhi oleh menguatnya permintaan masyarakat sejalan dengan aktivitas ekonomi yang tetap solid, serta mencerminkan dampak lanjutan dari penyesuaian harga BBM pada September lalu.
Secara bulanan, tingkat inflasi pada November 2022 diperkirakan sebesar 0,2 persen (month-to-month/mtm), naik dari deflasi 0,11 persen pada Oktober 2022.
Josua memperkirakan, inflasi harga bergejolak (volatile food) akan mencatatkan inflasi kecil, yang dipengaruhi oleh kenaikan rata-rata harga sejumlah komoditas, seperti beras sebesar 0,53 persen mtm, ayam 2,16 persen mtm, telur ayam 2,03 persen mtm, dan bawang merah 4,63 persen mtm.
Di sisi lain, sejumlah komoditas pangan mengalami penurunan harga dan berkontribusi pada deflasi, diantaranya bawang putih yang turun sebesar 1,3 persen mtm, cabai merah turun 19,9 persen mtm, cabai rawit turun 13,9 persen mtm, dan minyak goreng turun 0,3 persen mtm.
Sementara itu, Josua memperkirakan inflasi pada komponen harga diatur pemerintah (administered prices) akan mengalami deflasi, yang didorong oleh penurunan harga BBM nonsubsidi.