Bisnis.com, JAKARTA - Penelitian London School of Economics mengungkapkan Brexit telah meningkatkan rata-rata biaya kebituhan rumah tangga untuk makanan di Inggris hingga 210 poundsterling atau Rp3,96 juta, khususnya keluarga yang berpenghasilan rendah.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (1/12/2022), studi menunjukan selama dua tahun hingga akhir 2021, harga pangan naik 6 persen akibat dari biaya bisnis tambahan yang disebabkan oleh hambatan non-tarif dalam bentuk pemeriksaan perbatasan.
Inggris secara resmi meninggalkan Uni Eropa (UE) pada Januari 2020 dan keluar dari pasar tunggal dan serikat pabean pada Januari 2021. Inggris berganti ke kesepakatan perdagangan bebas memastikan tidak ada tarif langsung yang dikenakan.
Meski demikian, pemeriksaan perbatasan memberi isyarat aturan asal dan langkah-langkah sanitasi untuk perdagangan hewan dan tumbuhan diperkenalkan sehingga menambah tekanan biaya bagi importir dan eksportir.
"Dengan meninggalkan UE, Inggris menukar hubungan perdagangan yang mendalam dengan sedikit hambatan perdagangan melalui berbagai pemeriksaan, formulir, dan langkah-langkah wajib sebelum melintasi perbatasan," kata profesor Universitas Bristol Richard Davies.
Dampaknya, perusahaan menghadapi kenaikan biaya dan membebankan sebagian besar pengeluaran kepada konsumen rumah tangga. Para peneliti menemukan bisnis yang didatangkan dari UE telah membebankan 50-88 persen dari biaya tersebut kepada konsumen.
Baca Juga
Hal tersebut turut meningkatkan tagihan makanan konsumen 3 persen per tahun dengan total 5,8 miliar poundsterling selama dua tahun.
Tim LSE menemukan selama dua tahun rumah tangga mengalami masa sulit, harga pangan yang lebih tinggi berakibat kepada peningkatan biaya hidup keseluruhan karena Brexit sebesar 1,1 persen, dibandingkan dengan 0,7 persen untuk 10 orang terkaya.
Peningkatan biaya hidup ini mengacu pada data mikro mengenai arus perdagangan serta inflasi.
Menurut Kantor Statistik Nasional, inflasi mencapai 11,1 persen atau lima kali lipat lebih tinggi dari target Bank of Englang. Harga makanan telah meningkat 16,5 persen pada tahun lalu.
Para peneliti di Pusat Kinerja Ekonomi LSE mengatakan produsen makanan telah diuntungkan dari berkurangnya persaingan, namun keuntungan mereka dikalahkan oleh kerugian konsumen domestik lebih dari 1 miliar poundsterling.