Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Federal Reserve memberi peringatan bahwa kemungkinan resesi ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2023 nyaris menyentuh 50 persen.
Dilansir Bloomberg pada Kamis (24/11/2022), Peningkatan kemungkinan resesi ini dipicu oleh risiko belanja konsumen yang lebih lambat, risiko ekonomi global, dan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Perkiraan tersebut yang dirinci dalam risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 1-2 November yang dirilis Rabu (23/11) waktu setempat. Ini adalah peringatan pertama sejak bank sentral mulai menaikkan suku bunga pada bulan Maret.
“Perlambatan pertumbuhan pengeluaran domestik swasta riil, prospek global yang memburuk, dan kondisi keuangan yang mengetat, semuanya dilihat sebagai risiko penurunan yang menonjol terhadap proyeksi aktivitas riil,” tulis risalah tersebut.
Selain itu, ekonom the Fed mengingatkan bahwa bahwa penurunan inflasi yang terus-menerus memerlukan jumlah pengetatan yang lebih besar dari yang diperkirakan. Hal ini dipandang sebagai risiko perlambatan ekonomi.
"Oleh karena itu, staf terus menilai bahwa risiko terhadap proyeksi dasar untuk aktivitas riil condong ke sisi negatifnya dan melihat kemungkinan bahwa ekonomi akan memasuki resesi sekitar tahun depan," lanjutnya.
Baca Juga
Staf berpengaruh di Dewan Gubernur The Fed memainkan peran penting dalam proses pembuatan kebijakan moneter melalui pengarahan tentang kondisi ekonomi dan prakiraan yang disiapkan untuk peserta FOMC yang membuat keputusan akhir tentang suku bunga pada pertemuan tersebut.
Sebagai perbandingan, ekonom yang disurvei oleh Bloomberg bulan ini memperkirakan melihat kemungkinan mencapai 65 persen tahun depan. Sementara itu, probabilitas resesi dalam model proyeksi Bloomberg Economics mencapai 100 persen.
Pada pertemuan tersebut, FOMC memutuskan menaikkan suku bunga acuan bank sentral sebesar 75 basis poin untuk keempat kalinya berturut-turut dalam upaya menurunkan inflasi, yang melonjak tahun ini menjadi level tertinggi dalam empat dekade.
Di sisi lain, para pejabat juga mengisyaratkan mereka akan segera memperlambat laju pengetatan, yang akan memberi lebih banyak waktu bagi para pejabat bank sentral untuk menilai dampak dari kenaikan suku bunga sebelumnya terhadap perekonomian.