Bisnis.com, JAKARTA - Tiket Kereta Cepat Jakarta–Bandung akan dijual Rp250.000 untuk jarak terjauh terlebih dahulu selama 3 tahun pertama. Padahal, harga normalnya adalah Rp350.000 untuk jarak terjauh, dan Rp150.000 untuk jarak terdekat.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan tarif Rp250.000 untuk 3 tahun pertama merupakan permintaan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Tujuannya, untuk menarik minat masyarakat pada periode awal pengoperasian kereta.
"Di tiga tahun pertama itu tarif Rp250.000. Tentunya, kami harapkan ini bisa menarik lagi, dan tidak ada subsidi. Jadi jual rugi selama tiga tahun," ujar Dwiyana pada Rapat bersama Komisi VI DPR, Rabu (23/11/2022).
Dwiyana menjelaskan bahwa penentuan tarif menggunakan dasar asumsi yang dihasilkan oleh Tim Polar Universitas Indonesia (UI) terkait dengan survei willingness to pay (WTP) penumpang.
"WTP itu tiket Rp350.000 stasiun terjauh, dan terpendek Rp150.000," terangnya.
Sebelumnya, Dwiyana sempat mengungkap bahwa Kereta Cepat baru akan bisa balik modal setelah 38 tahun dengan tarif Rp350.000 untuk jarak terjauh.
Baca Juga
"Jadi sesuai perhitungan FS [feasibility study] itu [bisa balik modal] di 38 tahun," kata Dwiyana pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Rabu (9/11/2022).
Di sisi lain, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo meyakini nantinya volume penumpang Kereta Cepat akan meningkat ke depannya, kendati pasti akan menghadapi tantangan pada periode awal.
Dia mencontohkan studi lalu lintas (traffic) Tol Trans Jawa yang meningkat secara bertahap.
"Pattern Tol Trans Jawa itu, begitu jadi [volume traffic] semua tol Trans Jawa melebihi dari target awal," terang Tiko.
Nantinya, Kereta Cepat Jakarta–Bandung akan dioperasikan dengan frekuensi 68 perjalanan sehari. Operasional kereta mulai dari pagi pukul 05.30 WIB sampai dengan 22.00 WIB.
Satu rangkaian kereta terdiri dari delapan gerbong dan terbagi tiga kelas yakni VIP (kelas 1 dan 2) serta kelas reguler.
Adapun Kereta Cepat Jakarta–Bandung ditargetkan beroperasi pada Juni 2023. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mencatat progres proyek sudah mencapai 80,4 persen.