Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kacau! Pertumbuhan Ekonomi Singapura Diramal Cuma 0,5 Persen Tahun Depan

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura diperkirakan akan melambat antara 0,5 persen dan 2,5 persen pada tahun 2023
Apartemen dan properti komersial Singapura./Reuters
Apartemen dan properti komersial Singapura./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Singapura diperkirakan melambat hingga nyaris stagnan tahun depan di tengah perlambatan global.

Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (23/11/2022), pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura diperkirakan akan melambat antara 0,5 persen dan 2,5 persen pada tahun 2023, menurut perkiraan yang dirilis Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI).

Seorang pejabat MTI menilai bahwa Singapura masih jauh dari kemungkinan resesi, namun ada risiko penurunan yang mengadang di depan..

Perkiraan tersebut menyusul rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 Singapura yang tumbuh 4,1 persen pada kuartal III/2022 year-on-year (yoy). Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan kuartal II/2022 yang tercatat sebesar 4,5 persen.

Pertumbuhan ini lebih lambat dari proyeksi analis dalam survei Bloomberg sebesar 4,3 persen. Perlambatan ini mendorong pemerintah untuk mempersempit proyeksi pertumbuhan ekonomi 2022 menjadi 3,5 persen dari kisaran 3-4 persen sebelumnya.

Dibandingkan kuartal sebelumnya (QtQ), PDB Singapura meningkat 1,1 persen, lebih buruk rendah dari proyeksi MTI sebesar 1,5 persen.

Selain itu, data ekspor non-minyak untuk Oktober menunjukkan penurunan pertama dalam 23 bulan, menggarisbawahi kerentanan ekonomi yang bergantung pada ekspor.

Singapura yang bergantung pada perdagangan ini mendapat tekanan dari penurunan permintaan global serta kebijakan moneter yang lebih ketat untuk menekan inflasi yang melonjak. Selain itu, Singapura juga dirugikan oleh pelemahan pertumbuhan konsumsi karena kebijakan Zero Covid China.

Singapura juga menandai risiko terhadap stabilitas keuangan karena kenaikan suku bunga dan aliran modal yang memiliki implikasi bagi ekonomi regional.

Otoritas moneter Singapura adalah salah satu yang paling awal untuk memulai kebijakan pengetatan tahun lalu

Akonom Asean di Bloomberg Economics Tamara Henderson mengatakan ekonomi Singapura akan menghadapi banyak tantangan tahun depan.

"Pembukaan kembali ekonomi China kemungkinan diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ke ujung atas perkiraan pemerintah." ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper