Bisnis.com, JAKARTA - Acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali masih berlangsung hingga hari ini Rabu (16/11/2022). Selama rangkaian acara tersebut, tercatat sudah ada sejumlah komitmen investasi, baik dari negara-negara anggota G20 maupun nonanggota, serta lembaga keuangan internasional, kepada Indonesia di berbagai sektor, termasuk sektor energi.
Berikut daftar komitmen investasi di sektor energi yang berhasil diraih Indonesia selama rangkaian acara KTT G20:
1. Amerika Serikat
- Indonesia Just Energy Transition Partnership (JETP)
Di sela-sela agenda KTT G20, Selasa (15/11/2022), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan peluncuran kemitraan Just Energy Transition Partnership atau JETP.
Kemitraan Pemerintah Indonesia dengan International Partners Group (IPG) yang dipimpin oleh AS dan Jepang itu akan memobilisasi komitmen pembiayaan senilai US$20 miliar atau sekitar Rp310,7 triliun (asumsi kurs Rp15.535 per US$) selama 3-5 tahun mendatang untuk membantu Indonesia dalam melakukan transisi energi yang ambisius dan adil, mencakup di dalamnya mencapai target net zero pada 2050, pengembangan energi terbarukan, hingga pengurangan secara bertahap pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara.
Dari komitmen US$20 miliar tersebut, senilai US$10 miliar akan dimobilisasi oleh anggota IPG, termasuk di dalamnya Kanada, Denmark, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Norwegia, dan Inggris.
Kemudian, komitmen pendanaan US$10 miliar juga akan dimobilisasi dan difasilitasi oleh Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ), yang terdiri atas Bank of America, Citi, Deutsche Bank, HSBC, Macquarie, MUFG, dan Standard Chartered.
- Millennium Challenge Corporation (MCC) Compact
Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden jelang KTT G20 pada Senin (14/11/2022) sukses menuntaskan negosiasi untuk meluncurkan Millennium Challenge Corporation (MCC) Compact senilai US$698 juta, yang bersumber dari AS senilai US$649 juta dan Indonesia US$49 juta.
Kesepakatan ini akan mendukung pengembangan infrastruktur transportasi sadar iklim berkualitas tinggi di lima provinsi di Indonesia, memobilisasi modal untuk mendukung pembangunan Indonesia yang salah satunya dengan membangun kapasitas pasar keuangan Indonesia, dan meningkatkan akses keuangan untuk UMKM dan usaha yang dimiliki perempuan.
Selain itu, MCC Compact juga akan mendukung program penonaktifan PLTU sebagai bagian perluasan program Just Energy Transition Partnership (JETP).
- ExxonMobil
Presiden AS Joe Biden juga mengumumkan kerja sama antara ExxonMobil dan PT Pertamina (Persero) senilai US$2,5 miliar untuk pengembangan hub carbon capture and storage (CCS).
Kerja sama Pertamina dengan ExxonMobil dilakukan melalui studi bersama untuk melihat potensi penyimpanan karbon dioksida (CO2) di formasi saline di wilayah kerja Pertamina. Selain itu, Pertamina juga sedang melakukan studi terkait dengan inisiatif dekarbonisasi salah satunya melalui CCS yang diharapkan mampu memberikan sumbangsih pada aspek energy security.
Penandatangan head of agreement (HoA) antara Pertamina dan ExxonMobil pada Minggu (13/11/2022) merupakan tindak lanjut joint study agreement (JSA) yang ditandatangani di Amerika Serikat pada 13 Mei 2022. Melalui penguatan kerja sama ini, Pertamina dan ExxonMobil akan mematangkan dan menyiapkan rancangan model komersial untuk pengembangan hub CCS regional di wilayah kerja PT Pertamina Hulu Energi OSES dengan potensi untuk menyimpan CO2 domestik dan internasional.
2. Uni Emirat Arab (UEA)
Dalam pertemuan Presiden Joko Widodo dan Presiden Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ), Senin (14/11/2022), diumumkan komitmen kerja sama antara PT Pertamina (Persero) dengan dua perusahaan energi asal Uni Emirat Arab (UEA), yakni Masdar dan Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC).
Kerja sama antara Pertamina lewat Pertamina Power and New Renewable Energy (PNRE) dengan Masdar yakni pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Blok Rokan dengan periode perjanjian kerja sama selama 2 tahun, yakni mulai 12 November 2022 hingga 2024 mendatang. PNRE dan Masdar akan bekerja sama untuk memberikan solusi yang reliable dan kompetitif dalam pengembangan PLTS Rokan Phase 2 dan Phase 3 di WK Rokan.
PLTS Rokan Phase 2 sedang dalam studi dengan potensi kapasitas sampai 50 megawatt peak (MWp) dengan estimasi nilai investasi total US$47 juta, sedangkan PLTS Rokan Phase 3 dengan potensi kapasitas sampai 150 MWp dengan estimasi nilai investasi total US$140 juta. Kerja sama ini tidak menutup kemungkinan peluang untuk pengembangan PLTS lainnya di lingkungan Pertamina.
Pertamina Power Indonesia (PPI) sebagai operator PNRE akan membentuk joint venture dengan Masdar dengan komposisi kepemilikan dalam kerja sama, yakni PPI sebanyak 55 persen dan Masdar 45 persen. Sementara itu, pemasok kebutuhan (offtaker) dari Solar PV adalah PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dengan manfaat penghematan biaya, penurunan CO2 footprint hingga 184.000 ton per tahun, dan penurunan konsumsi gas hingga 2.816 juta standar kaki kubik (MMscf) per tahun.
Pertamina juga melakukan kerja sama dengan ADNOC terkait potensi kerja sama produksi Polyolefin di Indonesia. Periode perjanjian tersebut, yakni selama 1 tahun (12 November 2022 – 2023).
Adapun, potensi area kerja sama dengan ADNOC, yakni mengeksplor kesempatan partisipasi dalam proyek cracker dan turunan baru dari proyek Polyolefin PT Kilang Pertamina International (KPI) di Indonesia, di mana ADNOC berminat untuk pemanfaatan teknologi ADNOC untuk Polyolefin, potensi pemasaran produk Polyolefin oleh ADNOC, serta suplai feedstock seperti naphta, LPG, dan propane.