Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Resesi Ekonomi, Industri Tekstil dan Alas Kaki RI Masih Berharap ke Pasar Eropa

Lesunya permintaan di industri tekstil dan alas kaki telah menyebabkan meningkatnya tren pemutusan hubungan kerja (PHK) akhir-akhir ini.
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Ekspektasi pemerintah terhadap pasar ekspor Eropa untuk produk tekstil dan alas kaki Tanah Air masih cukup tinggi, meski perekonomian global tahun depan dibayangi oleh resesi. 

Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni optimistis industri tekstil Indonesia masih tetap akan berkompetisi di pasar Eropa. Sejumlah asesmen pun dilakukan oleh pemerintah untuk memetakan kondisi pasar.

"Asesmen dilakukan untuk memetakan beberapa hal, seperti pemasok existing produk tekstil dan alas kaki ke sana, nilai ekspornya berapa, dan model produk seperti apa yang laris di sana," kata Febri kepada Bisnis, Jumat (11/11/2022).

Dengan demikian, sambungnya, industri di Indonesia bisa menyesuaikan produknya mengikuti model yang masih dibeli oleh konsumen Eropa dan melakukan promosi ke Benua Biru itu. 

Upaya yang dilakukan pemerintah tersebut merupakan strategi untuk memitigasi dampak yang lebih parah dari resesi ekonomi di sejumlah negara Eropa akibat perang Rusia - Ukraina terhadap industri tekstil dan alas kaki di Tanah Air.

Sejak awal kuartal III/2022, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) melaporkan terjadi pengurangan order sebanyak 50 persen dari pembeli produk garmen Indonesia yang mayoritas berasal dari Benua Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Dampaknya, sebanyak 64.000 tenaga kerja industri tekstil yang beroperasi di Provinsi Jawa Barat dilaporkan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) menyusul situasi sulit yang disebabkan oleh berkurangnya order.

Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Provinsi Jawa Barat (PPTPJB) Yan Mei mengatakan, pengurangan tenaga kerja terjadi dalam 2 pekan terakhir di sebanyak 124 perusahaan di 14 kabupaten/kota.

Sementara itu, di industri alas kaki, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie memperkirakan terjadi penurunan permintaan sebesar 50 persen dibandingkan dengan kondisi saat ini sampai dengan paruh pertama tahun depan.

Hal itu diperparah dengan tren pemutusan hubungan kerja yang juga terjadi di industri alas kaki. Data terbaru Aprisindo menyebut terdapat 25.700 pekerja yang sudah di-PHK.

Firman menjelaskan, PHK pekerja tersebut terjadi di industri alas kaki berorientasi ekspor. Penyebabnya, order barang untuk periode November - Desember 2022 mulai menipis.

"Agak terlambat pemerintah menyadari bahwa saat ini di industri alas kaki ada 25.700 karyawan yang di-PHK. Sebab, November-Desember order sudah mulai habis, sementara order baru jumlahnya masih kecil," kata Firman.

Dampak penurunan order tersebut, imbuh Firman, dikhawatirkan akan disusul oleh gelombang PHK besar-besaran selanjutnya pada akhir tahun ini ataupun awal 2023.

Sebab, perusahaan retailer ataupun brand-brand di negara tujuan ekspor masih memiliki inventori atau stok produk lama yang cukup besar. Dengan demikian, diperkirakan penurunan permintaan yang signifikan akan terjadi pada semester I/2022.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper