Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengaku belum menyusun strategi untuk mencapai target investasi yang diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebesar Rp1.400 triliun pada 2023. Target tersebut naik dari tahun ini sebesar Rp1.200 triliun.
Mantan Ketua Hipmi itu menyebut, Kementerian Investasi/BKPM baru akan menyusun strategi setelah gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 berakhir. Pasalnya, Bahlil perlu berdiskusi lebih lanjut dengan perusahaan-perusahaan, terutama perusahaan luar negeri dan beberapa kolega di pemerintahan di masing-masing negara.
“2023 ini bukan hanya persoalan pandemi tapi juga persoalan kondisi ekonomi global yang sangat gelap. Saya akan bisa membuat strateginya setelah G20, ketika saya melakukan pertemuan-pertemuan dengan perusahaan-perusahaan khususnya FDI dan beberapa kolega kami di pemerintahan di masing-masing negara,” kata Bahlil dalam konferensi pers ‘Investasi Terus Tumbuh Topang Pertumbuhan Ekonomi’ yang digelar secara virtual, Kamis (10/11/2022).
Rencananya, pemerintah akan meluncurkan strateginya dalam pertemuan tersebut sekaligus meluncurkan Bali Kompendium. Kendati demikian, secara umum Kementerian Investasi/BKPM sudah memiliki langkah-langkah antisipatif khususnya terkait dengan apa yang dilakukan di 2023.
Langkah-langkah antisipatif tersebut utamanya kepada perusahaan-perusahaan yang terus melakukan ekspansi hilirisasi pada beberapa industri nikel, mangan, dan beberapa industri lain yang sedang didorong seperti gas.
“Yang lainnya belum bisa saya umumkan karena saya takut sekali jangan sampai strategi yang saya lakukan ini tidak tepat karena belum mendapatkan informasi yang komprehensif dari mitra-mitra kami dan juga kolega kami di beberapa negara,” ujarnya.
Baca Juga
Bahlil sebelumnya cukup optimistis dengan target yang diberikan oleh Jokowi, meski ekonomi global tengah diliputi awan gelap akibat krisis ekonomi dan resesi.
Kementerian Investasi bahkan tengah melakukan pendataan, perusahaan mana saja yang akan datang ke Indonesia tahun depan untuk melakukan investasi, dan perusahaan mana saja yang sudah keluar ataupun masih tetap melanjutkan investasinya di Indonesia.
“Sekalipun kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan gelap-gulita, tapi ada secercah harapan untuk investasi. InsyaAllah ada terangnya. Ditanya saya apakah optimis? Kami harus optimis, tapi kami optimis ya terukur, jangan babi buta,” kata Bahlil beberapa waktu lalu.