Bisnis.com, JAKARTA - Industri properti memberikan sumbangsih sebesar 40 persen dalam emisi karbon global. Untuk itu, pengembang kini didorong untuk membangun proyek dengan aspek keberlanjutan.
Apalagi, Indonesia juga memiliki target mencapai nol emisi karbon pada 2060 atau lebih cepat. Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) menegaskan bahwa kolaborasi antarpemangku kepentingan perlu digencarkan untuk mewujudkannya, termasuk para pengembang properti komersial.
Country Head JLL Indonesia James Allan mengatakan, sektor properti merupakan salah satu penyumbang emisi karbon tertinggi.
"Termasuk pemilik bangunan, perlu menyeimbangkan upaya dari bangunan baru hingga renovasi perbaikan karena bangunan baru saja tidak cukup membantu Indonesia dalam mencapai target nol karbon," kata James, dikutip Kamis (10/11/2022).
Dia berharap Jakarta dapat mengambil langkah terdepan melalui Jakarta 30:30 Commitment, mengingat bahwa Jakarta kini menjadi kota yang lebih sehat, sejalan dengan perbaikan infrastruktur. Hal ini berdasarkan laporan terbaru JLL bertajuk Indonesia’s Journey Towards Sustainable Real Estate.
Jakarta merupakan kota pertama yang memiliki peraturan khusus untuk menerapkan bangunan hijau. Pada 2016, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkomitmen untuk mengurangi konsumsi energi, air, dan emisi CO2 sebesar 30 persen pada 2030.
Baca Juga
Oleh karena itu, pemilik gedung di Jakarta, baik yang baru maupun yang lama, harus segera menerapkan konsep green building untuk mencapai target tersebut.
Lebih lanjut, Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim menerangkan bahwa sejumlah gedung perkantoran di Jakarta sebagian mulai menggunakan konsep green and sustainability.
"Hingga kuartal kedua 2022, ada sekitar 1,9 juta meter persegi area green office di Jakarta, di mana 42 persen di antaranya merupakan gedung perkantoran Grade A yang telah memperoleh sertifikasi hijau," ujar Yunus.
Adapun, gedung dengan sertifikasi hijau terdapat sekitar 10 juta meter persegi ruang kantor di Jakarta. Implementasi bangunan berkelanjutan di Indonesia didorong oleh pembentukan Green Building Council Indonesia pada 2009.
Di samping itu, Energy and Sustainability Lead JLL Indonesia Prisca Winata mengatakan, perbaikan bangunan tua yang belum memenuhi aspek keberlanjutan juga penting untuk memenuhi permintaan pasar
"Juga dapat menghindari penurunan nilai bangunan di masa mendatang. Bangunan yang hemat energi berpotensi dapat menghemat biaya operasional yang cukup signifikan," jelas Prisca.