Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembang Properti Diminta Hati-Hati Ekspansi di 2023, Ada Apa?

Pengamat menilai pengembang properti sebaiknya menahan diri untuk melakukan ekspansi bisnis di 2023.
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan perumahan subdisi di kawasan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/1/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan perumahan subdisi di kawasan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/1/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Pengembang properti harus menahan diri untuk ekspansi bisnis pada 2023 karena adanya berbagai sentimen negatif yang diproyeksi menghantui pasar properti di Indonesia.

CEO Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda, mengimbau pengembang untuk bermanuver lewat launching produk baru di awal 2023. Namun, setelahnya harus diwaspadai akibat ketidakfokusan pasar yang terbelah jelang tahun politik.

"Untuk properti yang mau launching atau produk baru itu maksimal sampai semester I/2023, setelah itu menurut saya lebih bagus konsolidasi, artinya jangan ekspansi dulu," kata Ali kepada Bisnis, dikutip Rabu (9/11/2022).

Menurut Ali, dalam beberapa siklus tahun politik ditemukan adanya perlambatan dan penurunan penjualan properti di angka 10-15 persen. 

Meski begitu, dia menilai di 2023, daya beli masyarakat akan tetap ada, tapi akan sedikit tertahan. Pasalnya, semua segmen baik investor maupun end user akan wait and see hingga 2024.

Apalagi, ada ancaman resesi global, inflasi, dan kenaikan suku bunga acuan yang diprediksi dapat meningkatkan prediksi penurunan penjualan properti.

"Saya bilang ke pengembang, jangan melawan pasar karena jelang tahun politik, mau jor-joran segimanapun, market-nya lagi gak fokus, semua akan fokus ke politik. Jadi 2023 pasti akan tertahan, tapi setelah pemilu 2024 mudah-mudahan aman," ujarnya.

Lebih lanjut, Ali menggambarkan bagi kelas menengah atas ada kekhawatiran untuk investasi properti dan menengah bawah relatif masih rendah daya belinya.

Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat, menjelaskan subsektor hunian akan sangat terpengaruh dengan sentimen politik.

Dia mencontohkan pengaruh election year di Filipina dan Korea Selatan pada awal 2022 lalu. Riset dari Knight Frank Santos (Manila) menunjukkan penurunan jumlah permintaan hunian pada periode pre-election.

“Ini bukti buyer dan investor masih mengadopsi wait and see. Setelah election berjalan, jumlah permintaan di pasar properti kembali stabil,” kata Syarifah dihubungi terpisah.

Adapun, perubahan perilaku pasar lainnya yang berpotensi terjadi di tahun politik antara lain penurunan demand yang akan terlihat dari sisi permintaan warga negara asing atau ekspatriat.

Pasalnya, ada kemungkinan perubahan regulasi yang berkaitan dengan kepemilikan properti termasuk pajak. Sementara itu, untuk permintaan domestik diperkirakan akan terus bergulir khususnya untuk segmen end user, sehingga investor akan lebih berhati-hati.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper