Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sinyal Bunga KPR Naik, Permintaan Properti Diproyeksi Melambat di 2023

Kenaikan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang diprediksi terjadi dalam waktu dekat bakal membawa dampak ke sektor properti.
Foto udara perumahan di kawasan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (7/4/2020). Bisnis/Rachman
Foto udara perumahan di kawasan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (7/4/2020). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang diprediksi bakal terjadi dalam waktu dekat diperkirakan akan menyebabkan perlambatan permintaan KPR pada 2023.

Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal mengatakan saat ini perbankan masih menahan kenaikan bunga kredit untuk menjaga daya beli masyarakat. Namun, cepat atau lambat, perbankan akan menyesuaikan bunga dan dampaknya akan terasa pada permintaan. 

"Permintaan kredit KPR kemungkinan akan ada perlambatan di 2023," kata Faisal saat dihubungi, Senin (31/10/2022). 

Apalagi, ekonom tersebut memprediksi ke depannya Bank Indonesia (BI) akan kembali menaikkan suku bunga acuan. Adapun per Oktober 2023, suku bunga acuan BI berada di angka 4,75 persen.

Dalam hal ini, perbankan akan terdorong untuk ikut menaikkan suku bunga KPR. Dampak lainnya yaitu proses pengkreditan akan lebih selektif karena mempertimbangkan demand dan menghindari kredit macet.

"Cepat atau lambat saya rasa memang akan meningkat, karena ini kaitannya juga dengan tingkat keuntungan atau margin yang diperoleh perbankan," ujarnya.

Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto menuturkan kenaikan suku bunga KPR tentunya akan berpengaruh pada kinerja bisnis properti di Tanah Air. Oleh karena itu, dia menilai perlu adanya stimulus dan untuk menjaga permintaan pembelian rumah. 

Sebelumnya, hingga September 2022 penjualan properti didorong oleh insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Namun, insentif tersebut berakhir dan belum ada sinyal kelanjutan hingga saat ini.

"Jika tidak ada stimulus yang kuat seperti PPN DTP sampai akhir September lalu, itu akan berat untuk tahun-tahun depan karena daya tariknya memang sudah tidak terlalu ada lagi untuk konsumen,” ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper