Bisnis.com, JAKARTA — Anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Nasir membeberkan terdapat proyek mangkrak ihwal pemasangan pipa dari operator Blok Rokan, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bersama dengan badan usaha swasta yang berisiko merugikan negara sebesar Rp4,2 triliun.
“Ada pekerjaan pipa yang cukup besar harganya Rp4,2 triliun, pipa ini sekarang tidak bisa dipakai ini anak perusahaan juga yang mengerjakan bersama swasta,” kata Nasir saat rapat kerja dengan sejumlah pimpinan Pertamina di industri hulu Migas, Jakarta, Rabu (9/11/2022).
Nasir meminta Direktur Utama PHR Jafee A. Suardin untuk memberi penjelasan ihwal proyek pipa mangkrak di wilayah kerja Rokan tersebut. Menurut Nasir, proyek mangkrak pipa itu merugikan negara dengan nominal dan koreksi kinerja hulu yang cukup besar.
“Saya minta penjelasannya di sini, supaya kelar jangan ini dibuat main-main saya minta yang begini pihak hukum untuk meninjau ke lokasinya,” kata dia.
Di sisi lain, dia juga meminta, komisi VII untuk mengagendakan kunjungan kerja ke Blok Rokan untuk meninjau proyek mangkrak tersebut.
“Saya minta ini juga teman-teman mengunjungi ke sana benar atau tidak ini prosesnya,” kata dia.
Baca Juga
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) terus berupaya untuk mendorong peningkatan produksi di wilayah kerja (Rokan) setelah satu tahun alih kelola dari dari PT Chevron Pacific Indonesia.
Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Jaffee Arizon Suardin mengatakan perseroan telah menyiapkan sejumlah skenario berkaitan dengan penerapan teknologi I/EOR, Chemical EOR, pengembangan low quality reservoir (LQR) Telisa hingga eksplorasi konvensional dan nonkonvensional untuk menemukan cadangan minyak mentah anyar di salah satu blok sepuh dalam negeri tersebut.
“Dalam satu tahun ini kita berhasil membuat rencana jangka panjang semua potensi yang ada kita gabungkan itu fase yang berbeda-beda untuk melihat mana yang bisa jadi potensi peningkatan produksi," kata Jafee, yang karib disapa Buyung, saat bertemu dengan pemimpin redaksi sejumlah media di Rumbai Country Club (RCC), Pekanbaru, Minggu (7/8/2022).
Ihwal penerapan teknologi I/EOR itu bakal dilakukan di North Duri Area-14, Rantaubais, Kulin, Duri Ring dan D240. Selain itu, PHR juga tengah mendorong penerapan Chemical EOR yang belakangan masih tahap penyelesaian POD untuk kawasan Minas tahap satu. Rencanannya penerapan Chemical EOR itu akan dilakukan tahun depan untuk mendorong produksi sumur eksisting di blok itu.
Berdasarkan catatan Pertamina, rata-rata produksi minyak di Blok Rokan sebelum alih kelola sebesar 158,7 Million Barrel Oil Per Day (MBOPD). Adapun rata-rata produksi setelah alih kelola setahun terakhir mencapai 159 MBOPD dan pernah berada di angka 161,9 MBOPD.
Sementara volume cadangan awal transisi sebesar 320,1 Million Barrels of Oil Equivalent (MMBOE). Saat alih kelola cadangan minyak mentah di Blok Rokan naik menjadi 370,2 MMBOE.