Bisnis.com, JAKARTA- Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Batam (BP Batam) tengah mengejar pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di bidang kesehatan dengan nilai investasi mencapai US$215 juta atau setara Rp3,3 triliun.
Direktur Humas Promosi dan Protokol BP Batam Ariastuty Sirait menerangkan sampai saat ini, proyek investasi yang berlokasi di Sekupang, Batam itu masih dalam tahap pegajuan ke Kemenko Perekonomian sebagai Dewan KEK Nasional.
"Tapi, investornya sudah kami dapat dari Singapura dan lokal. Karena kalau mengajukan untuk bidding itu harus ada kolaborasi antara asing dan lokal. Nah, karena itu kami berharap ini akan segera terealisasi," kata Ariastuty yang akrab disapa Tuty, saat ditemui di Hotel Ayana Midplaza, Senin (7/11/2022).
Adapun, lokasi yang disediakan untuk KEK kesehatan ini seluas 44,5 hektar. Nantinya, kawasan ini dapat digunakan sebagai pusat fasilitas kesehatan unggulan dan pendukung, wisata kebugaran, penelitian bidang kesehatan, kantor perwakilan bisnis farmasi dan alat kesehatan, dan lainnya.
"Ini bisa didirikan disitu juga misalnya center untuk kanker, operasi plastik, atau fertility center. Jadi kita memang mengalokasikan daerah tersebut untuk kesehatan, dan pemerintah pusat kayanya sudah melihat keseriusan kami," jelasnya.
Tuty juga menjelaskan KEK kesehatan ini menjadi peluang bagi Batam, sebab banyak masyarakat lokal yang lebih percaya dengan dokter maupun pengobatan asing. Dalam hal ini, KEK tersebut nantinya akan mempertemukan dan mengkolaborasikan dokter asing dengan dokter lokal.
Baca Juga
Dia berharap pada 2023 nanti, Dewan KEK Nasional memberikan perizinan sehingga BP Batam dapat melangsungkan proyek tersebut. Sementara itu, progres pembahasan dengan pemangku kepentingan sudah berjalan sekitar 60-70 persen.
"Pembangunan belum masih progres [pengajuan] yang perlu disahkan dulu. Di Batam itu investasinya ini ada dulu baru disahkan menjadi KEK. Itu sebagai bukti keseriusan investor terhadap Batam," tandasnya.
Sebagai informasi, realisasi investasi di Batam pada semester I/2022 mencapai Rp6,17 triliun yang disokong oleh PMA sebesar Rp5,11 triliun dan PMDN sebesar Rp1,05 triliun.