Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Australia menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin dan mengisyaratkan pengetatan lebih lanjut untuk memerangi lonjakan inflasi.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (1/11/2022), Dewan Reserve Bank of Australia (RBA) menaikkan suku bunga cash rate ke 2,85 persen, level tertinggi sejak April 2013. Kenaikan ini telah diperkirakan oleh ekonom.
Keputusan RBA ini jauh dari kenaikan besar bulan lalu, sehingga menyeret imbal hasil obligasi tiga tahun turun sebanyak 15 basis poin, sementara bursa saham Asutralia melonjak 1,7 persen.
Pergeseran kebijakan RBA ke laju kenaikan yang kurang hawkish, bersama dengan inflasi yang masih berada di atas target 2-3 persen hingga 2024, mengisyaratkan Gubernur RBA Philip Lowe akan melakukan siklus pengetatan yang lebih panjang.
Kepala ekonom National Australia Bank Ltd Tapas Strickland memperkirakan RBA sekarang akan melakukan serangkaian kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin di masa mendatang.
“(Suku bunga) berpotensi mendekati 3,85 persen atau sedikit lebih tinggi,” jelasnya..
Langkah RBA menaikkan suku bunga 25 bps berbanding terbalik dengan Federal Reserve (The Fed) dan Bank of England, yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin pekan ini. Perbedaan sikap ini telah mendorong perbedaan imbal hasil yang cukup besar antara obligasi Treasury AS dan obligasi Australia tenor 10 tahun.
Pekan ini, imbal hasil Treasury AS 10 tahun naik menjadi 29 basis poin di atas imbal hasil obligasi pemerintah Australia dengan tenor serupa.
Kepala Ekonomi Australia di Australia & New Zealand Banking Group Ltd. David Plank menilai nada pernyataan hari ini kurang hawkish dari yang diperkirakan.
"RBA sekarang siap untuk mentolerir inflasi di atas target untuk waktu yang lebih lama. Pertanyaan yang lebih besar sekarang adalah apakah inflasi berada di atas 4 persen atau tidak." katanya.