Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi Australia melesat ke level tertinggi tertinggi sejak 32 tahun terakhir pada kuartal III/2022. Kondisi ini memvalidasi pengetatan kebijakan cepat bank sentral dan mendorong lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (26/10/2022), indeks harga konsumen (IHK) naik 7,3 persen di kuartal III/2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tertinggi sejak 1990 ketika Reseve Bank of Australia (RBA) memutuskan kenaikan suku bunga acuan yang agresif dan mendorong ekonomi ke jurang resesi.
Sementara itu, inflasi inti melonjak 6,1 persen pada kuartal III/2022, tertinggi sejak data dimulai pada tahun 2003.
Imbal hasil obligasi tenor tiga tahun dan tenor panjang lainnya melonjak menyusul data inflasi. Lonjakan inflasi ini juga mendukung langkah pengetatan fiskal Menteri Kebendaharaan Jim Chalmers.
Hal ini juga memperkuat tekad RBA untuk terus menaikkan suku bunga acuan setelah mengerek 2,5 poin persentase sejak Mei. Datga inflasi juga mendorong ekonom AMP Capital Markets untuk meningkatkan proyeksi kenaikan suku bunga acuan menjadi 3,1 persen dari sebelumnya 2,85 persen.
Analis AMP Capital Diana Mousina mengatakan rata-rata inflasi yang dipangkas jauh melampaui perkiraan.
Baca Juga
"Risikonya akan tetap jauh di atas perkiraan RBA hingga tahun depan. RBA kemungkinan akan ingin menaikkan suku bunga lebih cepat, itulah sebabnya kami berpikir bahwa mereka akan menggenjot kenaikan suku bunga tahun ini," jelasnya.
Bank sentral memperkirakan inflasi akan memuncak di bawah 8 persen pada akhir tahun, menggarisbawahi siklus pengetatan cepat yang mengangkat suku bunga menjadi 2,6 persen bulan ini dari 0,1 persen pada bulan Mei.
Pasar keuangan dan ekonom saat ini memprediksi bank sentral akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi tahun ini menjadi 3,1 persen. Indeks swap overnight memperkirakan suku bunga acuan mencapai 4,2 persen pada Juli 2023, sedangkan ekonom memprediksi suku bunga hanya mencapai puncak di level 3,5 persen.
Menteri Keuangan Australia Katy Gallagher mengomentari kebijakan fiskal dan moneter Australia secara luas selaras. Menurutnya, ada beberapa pengekangan pengeluaran mengingat tantangan inflasi ini.