Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi Eropa melonjak ke level tertinggi sepanjang masa, sekaligus meningkatkan kemungkinan terjadinya resesi di kawasan ini.
Dilansir Bloomberg pada Senin (31/10/2022), data awal Eurostat menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Eropa melonjak 10,7 persen pada Oktober 2022 dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), jauh melebihi median perkiraan ekonom dalam survei Bloomberg sebesar 10,3 persen.
Dibandingkan bulan September (month-on-month/mom), inflasi bulan Oktober mencapai 1,5 persen.
Inflasi tahunan zona euro melesat ke level tertinggi sepanjang masa, setelah pada bulan September mencapai 9,9 persen (yoy) dan 1,2 persen (mom).
Sementara itu, produk domestik bruto (PDB) kuartal III/2022 tumbuh hanya 0,2 persen dari kuartal sebelumnya dan 2,1 persen dari periode yang sama tahun 2021. Angkta pertumbuhan ekojnomi jauh lebih rendah dibandingkan kuartal II/2022 yang mencapai 0,8 persen qtq dan 4,3 persen yoy.
Dengan krisis energi yang terus melanda bisnis dan rumah tangga, ekonomi diperkirakan akan terkontraksi selama musim dingin di kuartal IV/2022.
Baca Juga
Ada kabar baik pekan lalu dari Jerman yang menentang prediksi kontraksi dengan mencatatkan pertumbuhan yang lebih cepat dari kuartal sebelumnya. Namun catatan positif tersebut masih belum cukup, dengan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa menambah hambatan.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 yang dramatis sudah terlihat di Spanyol dan Prancis ketika momentum di industri pariwisata dan rekreasi memudar.
Di sisi lain, meskipun angka inflasi utama terus didorong oleh harga energi dan makanan, angka inflasi inti yang mengecualikan kedua elemen itu juga mencapai rekor tertinggi. Adapun Italia pada hari Jumat mencatat rekor inflasi tertinggi sepanjang masa yang jauh lebih tinggi dari proyeksi ekonom mana pun yang disurvei oleh Bloomberg.
Prospek ekonomi di Eropa yang jauh dari kepastian. Faktor cuaca dan pasokan gas alam yang lebih kuat dari perkiraan telah menyebabkan penurunan harga energi, namun kepastian pasokan di masa mendatang dan perang Rusia di Ukraina masih menjadi risiko.
Meskipun mengakui bahwa Eropa semakin dekat menuju jurang resesi, kepala bank sentral Belanda Klaas Knot mengatakan bahwa ia mendukung kenaikan suku bunga 50 atau 75 basis poin pada pertemuan kebijakan European Central Bank pada bulan Desember.