Bisnis.com, JAKARTA — Laju inflasi dengan tekanan yang masih tinggi pada tahun depan diproyeksi akan mencapai level di atas 4 persen pada akhir 2023 atau di atas target pemerintah.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyampaikan bahwa risiko tekanan inflasi diperkirakan masih tetap berlanjut akibat penyesuaian harga BBM, setidaknya hingga semester I/2023.
“Kami terus memperkirakan inflasi tahunan akan tetap tinggi setidaknya sampai semester I/2023, berkisar di sekitar 5—6 persen secara tahunan,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (27/10/2022).
Untuk keseluruhan tahun 2023, Faisal memperkirakan tingkat inflasi akan mencapai level 4,02 persen. Perkiraan tersebut lebih tinggi dari target pemerintah sebesar 3,6 persen.
Dia mengatakan kondisi ini dikarenakan dampak kenaikan harga BBM bersubsidi tidak hanya berdampak pada first round effect terhadap harga BBM dan tarif jasa transportasi. Kenaikan harga BBM, lanjutnya, juga berdampak pada second round effect terhadap barang dan jasa lainnya, khususnya melalui biaya jasa distribusi.
“Ini berarti inflasi utama dan inti dapat meningkat secara signifikan setelah kenaikan untuk beberapa periode ke depan,” jelasnya.
Baca Juga
Pada tahun ini, Faisal memperkirakan tingkat inflasi akan mencapai 6,27 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi inflasi pada 2021 yang sebesar 1,87 persen.
Sementara itu, pada Oktober 2022, Faisal memperkirakan tingkat inflasi akan mencapai 5,91 persen secara tahunan, sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya 5,95 persen. Secara bulanan, inflasi pada Oktober 2022 diperkirakan sebesar 0,09 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 1,17 persen.
Kenaikan pada periode tersebut terutama didorong oleh kenaikan harga bahan bakar dan tarif jasa transportasi, yang pada bulan sebelumnya belum semua kota melakukan penyesuaian tarif jasa transportasi, menyusul penyesuaian harga BBM.