Bisnis.com, JAKARTA — Laju inflasi pada Oktober 2022 diperkirakan masih meningkat tinggi atau mendekati level 6 persen. Apa penyebabnya?
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan tingkat inflasi pada Oktober 2022 mencapai 5,91 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), sedikit lebih rendah dari inflasi pada September 2022 yang mencapai 5,95 persen secara tahunan.
Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, inflasi pada Oktober 2022 diperkirakan sebesar 0,09 persen (month-to-month/mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 1,17 persen mtm.
“Indeks Harga Konsumen diperkirakan naik 0,09 persen secara bulanan pada Oktober 2022, terutama didorong oleh kenaikan harga bahan bakar dan tarif jasa transportasi,” katanya, Kamis (27/10/2022).
Faisal menjelaskan perkiraan tersebut sejalan dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2022 yang menyampaikan bahwa belum semua kota melakukan penyesuaian tarif jasa transportasi, menyusul penyesuaian harga BBM.
Sejalan dengan inflasi IHK, Faisal memperkirakan laju inflasi inti juga terus mengalami penguatan pada Oktober 2022, seiring dengan pelonggaran PPKM atau peningkatan mobilitas.
Baca Juga
Inflasi inti pada periode tersebut diperkirakan mencapai 3,39 persen secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi inflasi pada September 2022.
Faisal menyampaikan risiko tekanan inflasi diperkirakan masih berlanjut, terutama yang dipicu oleh penyesuaian harga BBM.
Pasalnya, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi tidak hanya berdampak pada first round effect terhadap harga BBM dan tarif jasa transportasi, tetapi juga second round effect terhadap barang dan jasa lainnya, khususnya melalui biaya jasa distribusi.
“Ini berarti inflasi utama dan inti dapat meningkat secara signifikan setelah kenaikan untuk beberapa periode ke depan,” jelasnya.