Bisnis.com, JAKARTA — Laju inflasi di dalam negeri diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga tahun depan. Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memproyeksikan laju inflasi masih berpotensi meningkat hingga akhir 2022 dan baru akan mencapai puncaknya pada kuartal I/2022.
“Peak-nya [puncak] 7,34 persen [secara tahunan] pada akhir kuartal pertama tahun depan, kemudian turun ke 5,7 persen akhir tahun depan,” katanya kepada Bisnis, belum lama ini.
Sementara hingga akhir tahun ini, Faiz memperkirakan tingkat inflasi akan mencapai 6,49 persen (year-on-year/yoy).
Sejalan dengan itu, laju inflasi pada komponen inti pun diperkirakan mencapai tingkat 4,63 persen pada akhir 2022 dan masih berpotensi meningkat pada 2023.
“Untuk inflasi inti kami perkirakan masih naik terus hingga tahun depan. Akhir tahun ini perkiraannya 4,36 persen,” jelasnya.
Dengan perkembangan tersebut, Faiz memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih berpotensi menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin hingga akhir 2022, masing-masing sebesar 25 basis poin pada November dan Desember, guna menjangkar ekspektasi inflasi.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur Oktober 2022.
Di samping memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, keputusan kenaikan suku bunga tersebut merupakan langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi.
Melalui kenaikan suku bunga ini, BI ingin memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 2–4 persen lebih cepat, yaitu pada paruh pertama 2023.
Sementara itu, BI memperkirakan tingkat inflasi pada Oktober 2022 akan melandai ke tingkat 5,88 persen secara tahunan, lebih rendah dibandingkan inflasi pada September 2022 yang mencapai 5,95 persen.
Untuk keseluruhan tahun 2022, BI memperkirakan tingkat inflasi akan mencapai 6,3 persen, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada kisaran 6,6—6,7 persen.