Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Laba Industri China Anjlok Lagi Gara-Gara Kebijakan Zero Covid

Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan laba industri turun 2,3 persen pada Januari-September 2022 (year-to-date/ytd).
Pekerja mengenakan masker di pabrik milik Yanfeng Adient Seating Co. di Shanghai, China, Senin (24/2/2020)./Bloomberg-Qilai Shen
Pekerja mengenakan masker di pabrik milik Yanfeng Adient Seating Co. di Shanghai, China, Senin (24/2/2020)./Bloomberg-Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - Laba di perusahaan industri China turun sepanjang tahun berjalan hingga September 2022 akibat tekanan dari kebijakan Zero Covid dan tekanan sektor properti.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (27/10/2022), Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan laba industri turun 2,3 persen pada Januari-September 2022 (year-to-date/ytd).

Penurunan tersebut lebih besar dibandingka angka bulan Agustus 2022 yang mencapai 2,1 persen ytd.

Ahli statistik senior NBS Zhu Hong mengatakan perusahaan manufaktur terus dipengaruhi lonjakan biaya dan tantangan operasional.

“Laba masih dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang semakin rumit,” ungkap Zhu dalam pernyataan setelah rilis data.

Sementara itu, laba perusahaan asing masih lemah meskipun lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya. Laba perusahaan asing turun 9,3 persen dalam sembilan bulan pertama tahun ini (ytd), dibandingkandengan data bulan Agustus yang turun 12 persen.

Selain itu, laba perusahaan swasta juga terkikis 8,1 persen ytd hingga September, sedangkan laba BUMN naik 3,8 persen ytd, lebih rendah dari bulan Agustus 2022 yang naik 5,4 persen ytd.

Laba sektor manufaktur mobil untuk bulan September naik lebih dari 47 persen karena pulihnya rantai pasokan dan peningkatan permintaan. Lonjakan bulanan mempersempit angka year-to-date untuk sektor itu menjadi minus 1,9 persen dari minus 7,3 persen ytd pada Agustus.

Produk domestik bruto kuartal III/2022 dan data lain yang dirilis awal pekan ini menunjukkan rebound yang lebih kuat dari perkiraan, didukung oleh peningkatan investasi di bidang infrastruktur dan percepatan pertumbuhan output manufaktur.

Meski begitu, risiko ekonomi masih ada karena China masih mempertahankan kebijakan Zero Covid dan pasar perumahan terus tertekan. Penjualan ritel, properti, dan data tenaga kerja seluruhnya menunjukkan tanda-tanda ketegangan bulan lalu.

Data perdagangan bulan lalu juga lebih baik daripada perkiraan, namun momentum melambat dan ekspor ke banyak pasar perdagangan terbesar China terkontraksi. Hal ini menjadi perlambatan permintaan global.

Harga komoditas juga turun, yang dalam beberapa bulan terakhir telah menyeret indeks harga produsen (PPI) yang sangat berkorelasi dengan laba industri. PPI terkontraksi 0,9 persen pada bulan September, didorong oleh penurunan harga komoditas pertambangan, bahan baku, dan barang manufaktur.

Melambatnya inflasi dapat berarti sebagian besar industri menghadapi lebih banyak masalah dalam membebankan biaya barang, yang dapat memotong margin mereka.

Ekonom mengatakan lemahnya konsumsi dan permintaan akan terus berlanjut selama kebijakan Zero Covid tetap ada.

Namun, Presiden Xi Jinping mengisyaratkan tidak ada perubahan arah dari kebijakan Covid dan pasar perumahan selama Kongres Partai Komunis bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper