Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Stok Menipis, Tren Kenaikan Harga Beras Diproyeksi Berlanjut

Ekonom memproyeksikan harga beras hingga akhir tahun berpotensi terkerek seiring stok cadangan beras pemerintah (CBP) milik Perum Bulog menipis.
Presiden Joko Widodo mengecek stok beras di Kompleks Pergudangan Bulog, Jakarta, Kamis (10/1/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo mengecek stok beras di Kompleks Pergudangan Bulog, Jakarta, Kamis (10/1/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memproyeksikan harga beras hingga akhir tahun akan tetap mengalami tren kenaikan bila stok cadangan beras pemerintah (CBP) milik Perum Bulog tidak kunjung bertambah.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menyampaikan, panen padi pada masa tanam kali ini tidak sebanyak panen raya. Oleh karena itu, kondisi stok beras yang terbatas berpotensi mengerek harga beras hingga akhir tahun. 

“Kondisi stok beras yang terbatas ditambah dengan harga yang sudah meningkat dari gabahnya, kemungkinan besar di mulai bulan depan harga beras akan lebih mahal apalagi menjelang akhir tahun sampai dengan tahun baru. Saya kira tren kenaikan harga beras akan meningkat,” ujarnya, Kamis (27/10/2022).

Adapun, tren harga gabah terus meningkat hingga lebih dari Rp5.000 per kilogram (kg). Alhasil, menurut Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, dalam 4 bulan terakhir harga beras sudah naik Rp400 untuk medium dan premium.
Bahkan, untuk September 2022, komoditas beras memiliki andil 0,04 persen terhadap inflasi.

Faisal mengingatkan, kondisi ini sejatinya menjadi siklus menjelang akhir tahun. Namun, stok CBP per 19 September 2022 di angka 697.944 ton, terlampau jauh dari acuan pemerintah sebesar 1,2 juta ton.

“Kalau itu terjadi berarti inflasi akan lebih tinggi lagi, beras itu kontribusi terbesar untuk golongan pangan. Ini akan menggerus daya beli terutama kalangan berpendapatan bawah, kalau kalangan menengah atas enggak akan terpengaruh,” ucapnya.

Namun, dia mengingatkan pemerintah untuk tidak terburu-buru merencanakan impor meski stok beras menipis. Lebih baik, kata Faisal, memaksimalkan produksi dalam negeri dengan pemerataan distribusi.

“Jadi memang tidak dengan buru-buru mengimpor, memaksimalkan potensi dalam negeri, masing-masing daerah, stok masing-masing daerah, sambil menunggu panen raya,” lanjutnya.

Sementara itu, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Bayu Krisnamurthi tidak dapat memastikan berapa potensi kenaikan harga beras hingga akhir tahun.

“Kita memang harus waspada dan harus bersiap harga pangan yang lebih tinggi,” katanya, Kamis (27/10/2022).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper