Bisnis.com, JAKARTA — Indonesian Petroleum Association (IPA) mengkhawatirkan implementasi kebijakan pemerintah terkait dengan harga gas bumi tertentu (HGBT) yang dipatok US$6 per million British thermal units (MMBtu) dapat mengoreksi minat investasi hulu industri minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia.
Chairman LNG & Gas IPA Joe Frizal menuturkan, kebijakan itu belakangan justru menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku usaha hulu migas yang terlihat dari rendahnya capaian investasi di sektor tersebut.
“Ada ketakutan dari sisi hulu bahwa harga gas yang baru itu bukan lagi bisnis ke bisnis,” kata Joe saat Forum Diskusi Indonesian Gas Society, Jakarta, Rabu (26/10/2022).
Sebagian besar investor hulu, kata Joe, khawatir apabila kebijakan HGBT itu turut menentukan harga jual-beli gas di hulu sebelum disalurkan pada industri penggunaan atau hilir. Menurut dia, hal itu akan membuat investasi hulu migas yang mahal di Indonesia tidak lagi menarik.
“Dari pertemuan internal kita itu ada semacam ketakutan dari investor upstream bahwa bagaimanapun harga gas itu nanti di plant gate-nya akan jadi US$6 per MMBtu, saya takut investasi di Indonesia jadi kurang menarik,” tuturnya.
Sebelumnya, SKK Migas melaporkan produksi siap jual atau lifting migas per 30 September 2022 masih di bawah target APBN 2022. Realisasi lifting migas hingga akhir September 2022 berada di angka 1.562 juta barel setara minyak per hari (boepd) atau 89,8 persen dari target APBN tahun ini. Perinciannya, lifting minyak berada di kisaran 610.100 barel minyak per hari (bopd) dan salur gas menyentuh di angka 5.353 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Sementara itu, produksi minyak stabil di angka 613.000 bopd.
Baca Juga
Di sisi lain, SKK Migas melaporkan capaian cost recovery kegiatan hulu migas pada triwulan ketiga tahun ini berada di angka US$4,93 miliar atau baru 57 persen dari target yang ditetapkan di angka US$8,65 miliar.
Sementara itu, setoran untuk bagian negara baru mencapai US$13,95 miliar atau 83 persen dari target APBN Perubahan 2022 yang dikerek menjadi US$16,7 miliar.
Hanya saja, torehan investasi pada sektor hulu migas masih relatif seret kendati harga minyak mentah dunia tertahan tinggi hingga triwulan ketiga tahun ini. Adapun, torehan investasi baru menyentuh di angka US$7,7 miliar atau 60 persen dari target yang ditetapkan US$13,2 miliar.
Kendati demikian, Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian ESDM Mustafid Gunawan menampik anggapan ihwal sentimen negatif kebijakan HGBT untuk investasi dan produksi gas dalam negeri. Menurut Mustafid, anggapan itu terlalu dini lantaran kebijakan HGBT belum lama diterapkan untuk industri domestik.
“Kalau melihat dari sisi aturannya, kontraktor tidak diganggu penerimaannya mestinya tidak terpengaruh,” kata Mustafid.