Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi melihat perlu adanya peningkatan produktivitas dan ekspor produk perikanan. Hal ini karena ekspor produk perikanan Indonesia masih kalah dari Vietnam, meski tercatat mengalami pertumbuhan.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Mochammad Firman Hidayat mengungkapkan, dengan luas laut Indonesia sekitar 6,4 juta kilometer persegi seharusnya dapat berkontribusi lebih besar.
“Ekspor perikanan Indonesia pada 2020 di peringkat 8, kami mau masuk ke peringkat 5 sesuai arahan Presiden. Targetnya ekspor US$8 miliar tetapi realisasi baru US$5,72 miliar di 2021,” ujarnya dalam National Shrimp Action Forum di Jakarta, Rabu (26/10/2022).
Saat pandemi Covid-19 di 2020, peringkat ekspor produk perikanan Indonesia meningkat dari tahun sebelumnya dari posisi ke-10 menjadi posisi ke-8, seiring dengan nilai ekspor yang juga meningkat dari US$4,9 miliar menjadi US$5,2 miliar. Sementara itu, Vietnam dalam 5 tahun terakhir menempati posisi ke-3 ekspor perikanan dunia, meski nilainya setiap tahun menurun.
Pada 2021, ekspor produk perikanan Indonesia terus meningkat 17 persen year-on-year (yoy) menjadi US$5,72 miliar. Namun, peringkatnya terpantau turun menjadi posisi ke-11.
Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat kondisi tersebut akibat pada saat pandemi Covid-19 di 2020, Indonesia berhasil mempertahankan kinerja sektor perikanan di saat negara lain tidak demikian.
Kemudian pada 2021, ketika kondisi global telah mulai pulih dari pandemi, terdapat peningkatan permintaan salmon yang menjadi produk perikanan paling disukai di dunia, kemudian diikuti oleh udang. Pada 2020, perdagangan salmon di pasar global berada di angka US$26 miliar dan pada 2021, naik US$6 miliar menjadi US$32 miliar.
Baca Juga
Dengan demikian, negara-negara penghasil salmon pada 2021 mulai kembali menunjukkan kinerja baiknya. Indonesia hanya mampu memasok salmon senilai US$6 juta.
“Negara yang urutannya naik [menyusul Indonesia] berarti menjual salmon. Kenapa kita turun? Karena belum bisa memanfaatkan udang di pasar dunia,” tulis catatan KKP.
Rata-rata eksportir utama di 2021 mengalami peningkatan ekspor cukup signifikan, seperti China naik 15 persen, Norwegia 25 persen, India naik 30 persen, Kanada naik 45 persen, Ekuador 31 persen, dan termasuk Indonesia naik 10 persen.
Kinerja ekspor perikanan Indonesia di 2021 sebesar US$5,72 miliar dengan komoditas utama penyumbang, yakni udang dengan andil 35 persen dari total ekspor.
Adapun, komoditas utama ekspor 2021, meliputi udang, tuna tongkol cakalang, cumi sotong gurita, rumput laut, dan rajungan kepiting dengan total nilai US$3,68 miliar dan tumbuh positif 14.48 persen yoy.
Pada kesempatan yang sama, Menko Marves Luhut B. Pandjaitan mengakui negara, seperti Ekuador, Thailand, Vietnam, dan India menjadi pesaing dalam produk perikanan, khususnya udang.
“Ini mengharuskan kami berpikir lebih kreatif inovatif dan bertindak lebih cepat, antisipasi lebih sigap dengan mengembangkan integrasi hulu hilir industri udang yang lebih efisien dan berdaya saing,” katanya.
Berikut peringkat ekspor perikanan di 2021
China (US$22,1 miliar)
Norwegia (US$13,9 miliar)
Vietnam (US$8,3 miliar)
India (US$7,6 miliar)
Kanada (US$7,2 miliar)
Ekuador (US$7,1 miliar)
Chili (US$7 miliar)
Rusia (US$6,1 miliar)
Amerika (US$5,9 miliar)
Spanyol (US$5,8 miliar)
Indonesia (US$5,7 miliar)