Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Awal Mula Ridwan Kamil Kritik LRT Palembang Lalu Minta Maaf

Gubernur Jabar Ridwan Kamil mendapat sorotan usai menyebut LRT Palembang sebagai proyek gagal karena sepi penumpang.
Rangkaian Light Rail Transit (LRT) melintas di kawasan Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (30/3/2021). ANTARA FOTO/Nova Wahyudirn
Rangkaian Light Rail Transit (LRT) melintas di kawasan Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (30/3/2021). ANTARA FOTO/Nova Wahyudirn

Ridwan Kamil Minta Maaf

Sementara itu, menurutnya proyek MRT di DKI Jakarta berhasil karena memiliki populasi yang padat. Dengan begitu, merespons usulan tersebut Kang Emil menawarkan koneksi ke Cikarang melalui busway atau stasiun kereta.

"Saya bisa bantu bikinin stasiun," ucap Kang Emil.

Jika memang angkutan massal MRT dibutuhkan, dia meminta 21 pengembang di kawasan Cikarang untuk berkumpul dan membuat kajian detail terkait kesiapan populasi.

"Tentukan rutenya mau mulai dari mana, kan MRT bukan interregion. MRT itu Rp1 triliun per kilometer. Kalau 22 km mungkin pemerintah daerah nggak akan kuat. Semua pembangunan MRT itu pun biaya federal pemerintah pusat," jelasnya.

Minta Maaf

Ridwan Kamil kemudian menyampaikan permohonan maaf kepada warga Palembang usai melontarkan kritik terhadap moda transportasi light rail transit atau LRT Palembang.

"Permohonan Maaf Kepada Warga Palembang, jika poin diskusi Studi Pembangunan di Jababeka terkait studi-studi kasus transportasi dianggap kurang berkenan," kata pria yang akrab disapa Kang Emil itu lewat akun instragram @ridwankamil, Senin (24/10/2022).

Dia kemudian menerangkan secara rinci konteks pembicaraan tersebut berkenaan dengan adanya usulan pembangunan MRT di kawasan Bekasi-Karawang.

Dia menilai usulan pembangunan MRT harus melalui kajian mendalam. Apalgi, pembangunannya bisa menghabiskan biaya Rp1 triliun per kilometer.

"Tidak ada anggaran pemerintah daerah yang sanggup kecuali DKI mungkin," ujarnya.

Dia mengatakan untuk membangun moda transportasi tersebut, perlu pertimbangan terkait populasi yang besar agar dapat dimanfaatkan secara masif dan pengembalian modal yang cepat. Selain itu, transportasi massal juga mesti terkoneksi dengan feeder dan jaringannya harus luas. 

"Jika populasi sedikit nanti ada tantangan seperti LRT Palembang yang kondisi ridershipnya penumpang hariannya belum maksimal (berdasarkan penglihatan saya saat kunjungan terakhir)," ungkapnya.

Lebih lanjut, dia menerangkan bahwa diskusi di Jababeka bersifat akademis yang membahas pembangunan Indonesia dari zaman dulu hingga sekarang.

"Mungkin kebiasaan saya sebagai mantan dosen yang selalu berargumen dengan memberi contoh studi kasus. Suka lupa bahwa dalam berstatemen akademik, melekat jabatan saya sebagai pemimpin daerah, sehingga ada kritikan “urus aja atuh jabar, jangan sok komen pembangunan daerah lain," ujar Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil menyatakan bahwa dirinya menerima kritikan tersebut dengan lapang dada dan kembali menyampaikan permohonan maaf jika pernyataannya keliru.

"Jika itu kurang berkenan dan keliru, sekali lagi saya haturkan permohonan maaf. Mungkin saya harus update dan jalan-jalan lagi ke Kota Palembang yang pembangunannya memang keren, pesat dan luar biasa," ucap Ridwan Kamil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper