Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memperkirakan bahwa perbaikan mobilitas dan konsumsi domestik akan meningkatkan kinerja investasi 2022, sehingga mendorong pemulihan ekonomi secara keseluruhan.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, pada kuartal III/2022 investasi langsung mencapai Rp307,8 triliun atau tumbuh 42,1 persen (year-on-year/YoY), naik dari pertumbuhan kuartal sebelumnya di 35,5 persen (YoY). Kinerja itu ditopang oleh sektor manufaktur, transportasi, dan pertambangan.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai bahwa capaian kinerja itu dapat berkontribusi positif terhadap perekonomian Indonesia. BMRI pun meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,17 persen tahun ini, dengan pertumbuhan investasi di kisaran 4,0—5,0 persen.
"Investasi diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun 2022. Seiring dengan permintaan domestik yang terus menguat di tengah membaiknya mobilitas masyarakat pasca pelonggaran PPKM, investasi diperkirakan akan melanjutkan siklus kenaikan," tulis Andry dalam publikasi risetnya, Senin (24/10/2022).
Dia menilai bahwa agenda reformasi struktural dan birokrasi dapat memberikan manfaat bagi investasi di sektor-sektor efek pengganda atas output yang tinggi. Menurutnya, sektor yang diuntungkan seperti manufaktur dan konstruksi.
"Momentum investasi juga akan didukung oleh reformasi berkelanjutan di sektor hilir sumber daya alam karena reformasi telah berhasil menarik investasi yang signifikan ke sektor logam dasar, yang kemudian sangat mendukung kinerja ekspor Indonesia," imbuhnya.
Meskipun risiko resesi global meningkat, investasi asing (foreign direct investment/FDI) tercatat berkontribusi hingga 54,9 persen terhadap investasi langsung kuartal III/2022. Faisal menilai bahwa penyebabnya adalah harga komoditas yang tinggi, kemudahan aturan bisnis dan perizinan, hingga upaya merampingkan prosedur investasi.
Penanaman modal dalam negeri (PMDN) berkontribusi 45,1 persen terhadap investasi kuartal III/2022. Sektor terbesarnya adalah industri logam, barang logam, kecuali mesin dan peralatan (14,3 persen investasi langsung); transportasi, gudang, dan telekomunikasi (10,6 persen); perumahan, kawasan industri, dan gedung Perkantoran (9,4 persen); pertambangan (9,2 persen); serta listrik, gas, dan air minum (8,8 persen).