Bisnis.com, JAKARTA -- Moda transportasi Light Rail Transit (LRT) Palembang belum lama ini menjadi sorotan setelah dikritik oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Baru-baru ini, Ridwan Kamil melontarkan kritik terhadap kereta ringan di Palembang itu. Menurutnya, LRT belum dibutuhkan untuk transportasi masyarakat sekitar.
Kang Emil, sapaannya, sempat mengkritik pembangunan LRT Palembang yang dinilai belum dibutuhkan oleh masyarakat di sana. Namun, kata dia, opininya kalah dengan kepentingan politik untuk menyukseskan event Asian Games 2018 yang amat kuat.
"Nah, sekarang apa yang terjadi? Nggak ada penumpangnya, itu Rp9 triliun. Saya kasih tau kegagalan decision Rp9 triliun itu LRT Palembang. Decision based-nya political decision, not planning decision. Ini karena mau ada Asian Games, harus ada koneksi dari Palembang ke Jakabaring," ujarnya Ridwan Kamil di Fablab Correctio Jababeka, Cikarang, Jumat (21/10/2022).
Profil Proyek LRT Palembang
LRT Palembang atau yang biasa dikenal juga sebagai LRT Sumatra Selatan (Sumsel) merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) bidang perkeretaapian.
Berdasarkan informasi yang dikutip dari situs resmi Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), LRT Palembang mulai beroperasi sejak 2018 untuk mendukung perhelatan kompetisi olahraga Asian Games pada tahun tersebut. Kontruksi proyek dimulai sejak 2015.
Proyek tersebut menggunakan skema pendanaan penugasan BUMN, sementara itu Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bertindak sebagai penanggung jawab proyek.
Saat ini, LRT Palembang beropetasi untuk mendukung penyediaan angkutan umum massal. Kereta ringan itu beroperasi pada lintasan mulai dari Stasiun Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II hingga Jakabaring Sport City.
Berdasarkan data KPPIP, nilai investasi yang dihabiskan untuk proyek LRT Palembang senilai Rp12,5 triliun. LRT diharapkan bisa mendorong semakin banyak masyarakat yang beralih ke transportasi publik.
Kendati demikian, jumlah penumpang LRT Palembang dinilai belum maksimal. Pandemi Covid-19 bahkan semakin memperburuk kondisi volume penumpang LRT.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mencatat jumlah penumpang LRT Sumsel saat mulai dioperasikan pada 2018 sebanyak 927.000 penumpang. Angka itu meningkat ke 2,6 juta orang pada 2019, kemudian turun ke 1,1 juta orang pada 2020 dan naik sedikit ke 1,5 juta orang pada 2021.
Ketua Komisi V DPR Lasarus sebelumnya bahkan menilai LRT Palembang sepi penumpang. Pada Rapat Komisi V DPR dengan Kemenhub akhir Juni 2022 lalu, dia menyinggung agar tidak ada proyek transportasi yang "mengulangi" LRT Sumsel.
"Jangan mengulangi lagi LRT Palembang, jangan kita ulangi lagi," terangnya pada saat memimpin rapat.
Berbagai cara pun dilakukan guna mendongkrak penumpang LRT Sumsel. Salah satunya, dengan meluncurkan angkutan (angkot) feeder dengan harapan bisa ikut meningkatkan jumlah penumpang LRT.
Pada Agustus 2022, jumlah penumpang LRT Sumsel tercatat naik ke 1,79 juta penumpang (lebih dari 100.000 orang per hari) sejalan dengan adanya bantuan angkot feeder. Pada akhir tahun ini, jumlah penumpang ditargetkan sebanyak 2,7 juta orang.